BNPB Ingatkan Daerah di Pulau Jawa Harus Siaga Bencana: Puncaknya Diprediksi Awal 2025

BMKG melaporkan curah hujan meningkat sebesar 20 persen karena beberapa faktor, dan puncaknya berlangsung hingga kuartal pertama 2025.

Syaiful Rachman
Selasa, 10 Desember 2024 | 07:05 WIB
BNPB Ingatkan Daerah di Pulau Jawa Harus Siaga Bencana: Puncaknya Diprediksi Awal 2025
Warga mencuci perkakas dapur pascabanjir bandang di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/12/2024). Warga mulai membersihkan sisa lumpur dan barang rumah tangga pascabanjir bandang setinggi 2,5 meter yang menerjang wilayah tersebut. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.

SuaraJabar.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan seluruh daerah di Pulau Jawa masih harus bersiaga menghadapi potensi bencana alam yang dapat ditimbulkan akibat peningkatan intensitas hujan hingga awal 2025.

“Kondisi tersebut dikarenakan yang terjadi saat ini masih awal, puncaknya akan berlangsung awal 2025 sebagaimana prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers bertajuk “Disaster Briefing” yang diikuti di Jakarta, Senin (9/12/2024).

Berdasarkan analisa BMKG diketahui Pulau Jawa, dan 60 persen zona musim di Indonesia lainnya saat ini sudah berada pada musim penghujan dan puncaknya berlangsung sampai kuartal pertama 2025.

Tangkapan layar - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari memaparkan kondisi pencarian dan pertolongan korban bencana banjir disertai tanah longsor di empat kabupaten di Sumatera Utara, dalam konferensi pers bertajuk "Disaster Brefing" di Jakarta, Senin (25/11/2024) (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo) (ANTARA/M Riezko Bima Elko Praset)
Tangkapan layar - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari memaparkan kondisi pencarian dan pertolongan korban bencana banjir disertai tanah longsor di empat kabupaten di Sumatera Utara, dalam konferensi pers bertajuk "Disaster Brefing" di Jakarta, Senin (25/11/2024) (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo) (ANTARA/M Riezko Bima Elko Praset)

Dalam rentang waktu tersebut, BMKG melaporkan kalau hujan meningkat sebesar 20 persen dibandingkan kondisi normal karena dipengaruhi oleh sejumlah fenomena atmosfer seperti Madden Julian Osciliation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby, gelombang Kelvin, La Nina lemah dan dapat diperkuat dengan adanya siklon tropis atau bibit siklon tropis.

Baca Juga:Pemkab Garut Asesmen Dampak Kerusakan Gempa Bumi

Dengan begitu, Abdul mengungkapkan bahwa peringatan tersebut harus diperhatikan dengan betul bagi masyarakat dan juga pemerintah daerah demi meminimalisasi dampak buruk yang akan ditimbulkan.

Adapun dalam peningkatan kesiapsiagaan itu yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengintensifkan pengecekan pada kawasan aliran sungai, perbukitan, tebing curam, mempersiapkan peralatan, anggaran dan termasuk menetapkan status tanggap darurat bencana.

“Kalau daerah sudah langganan bencana segeralah menetapkan status tanggap darurat sehingga pemerintah pusat dalam hal ini BNPB bisa memberi pendampingan kepada daerah,” ujarnya dikutip ANTARA.

Berdasarkan data rekapitulasi BNPB banjir dan tanah longsor mendominasi kejadian bencana pada sejumlah daerah di Pulau Jawa dari 2-9 Desember 2024. Masing-masing Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bogor, Pasuruan, Sumenep, Malang, Bandung Barat, dan Cilacap.

BNPB mencatat, di Kabupaten Pandeglang ada 48.340 orang menderita/mengungsi dan satu orang warga meninggal dunia akibat banjir.

Baca Juga:Bripka Miftahu Rochman Gugur Saat Bertugas Bantu Evakuasi Korban Bencana

Kemudian Kabupaten Lebak tercatat ada 9.705 orang menderita/mengungsi dan tiga orang warga meninggal dunia karena banjir, 1.556 orang menderita/mengungsi dan dua meninggal karena tanah longsor. Kabupaten Serang tercatat sebanyak 1.053 orang menderita atau mengungsi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak