Festival 'Bulan Hantu' di Bogor: Vihara Dhanagun Gelar Ritual Leluhur Sambil Berbagi dengan Warga

Pada Minggu (7/9/2025), Vihara Dhanagun menjadi pusat perayaan Cioko, sebuah tradisi leluhur Tionghoa yang dikenal juga sebagai Festival Ulambana atau 'Bulan Hantu'

Andi Ahmad S
Minggu, 07 September 2025 | 21:24 WIB
Festival 'Bulan Hantu' di Bogor: Vihara Dhanagun Gelar Ritual Leluhur Sambil Berbagi dengan Warga
Vihara Dhanagun Bogor kembali menggelar tradisi Cioko atau Festival 'Bulan Hantu' dengan aksi sosial masif [Ist]
Baca 10 detik
  • Acara ini bukan hanya menjadi penanda ritual keagamaan, tetapi juga bukti nyata bahwa spiritualitas dapat berjalan beriringan dengan solidaritas sosial, melintasi batas-batas suku dan agama.
  • Wahyutie Tjiaputra, menjelaskan bahwa tahun ini pihaknya berhasil mengumpulkan 60 ton beras yang dikemas menjadi 12.000 paket.
  • kegiatan ini adalah wujud kontribusi nyata umat Buddha dan masyarakat Tionghoa untuk membangun kebersamaan di Kota Bogor.

SuaraJabar.id - Kawasan pecinan Jalan Suryakencana, Kota Bogor, kembali menunjukkan wajah toleransi dan kepedulian sosialnya.

Pada Minggu (7/9/2025), Vihara Dhanagun menjadi pusat perayaan Cioko, sebuah tradisi leluhur Tionghoa yang dikenal juga sebagai Festival Ulambana atau 'Bulan Hantu', yang dirangkai dengan aksi kemanusiaan skala masif pembagian 60 ton beras untuk masyarakat prasejahtera.

Acara ini bukan hanya menjadi penanda ritual keagamaan, tetapi juga bukti nyata bahwa spiritualitas dapat berjalan beriringan dengan solidaritas sosial, melintasi batas-batas suku dan agama.

Di balik ritual doa untuk para leluhur, panitia telah bekerja keras selama berminggu-minggu untuk mempersiapkan logistik bantuan.

Baca Juga:Tragedi Bogor: 3 Meninggal, Puluhan Luka Akibat Bangunan Majelis Taklim Roboh

Ketua Panitia Cioko 2025, Wahyutie Tjiaputra, menjelaskan bahwa tahun ini pihaknya berhasil mengumpulkan 60 ton beras yang dikemas menjadi 12.000 paket.

Untuk memastikan bantuan tepat sasaran, distribusi dilakukan secara sistematis.

"Penerimanya sekitar 8.000 orang yang benar-benar membutuhkan,” ucap Wahyutie.

Kupon telah disebar melalui pengurus RT dan RW di berbagai wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dua minggu sebelumnya, menjangkau mereka yang paling rentan.

Kriteria penerima pun sangat spesifik, menyasar kelompok masyarakat yang seringkali terpinggirkan.

Baca Juga:Tongkat Komando Kodim 0606 Berpindah, Kolonel Gan Gan Langsung Dihadang PR Berat Ini...

  • Janda
  • Fakir miskin
  • Anak yatim piatu
  • Penyandang disabilitas
  • Warga yang tidak mampu mencari nafkah

"Kalau seorang janda punya tiga anak, tentu dapat lebih dari satu paket,” tambah Wahyutie, menggambarkan fleksibilitas bantuan yang disesuaikan dengan kondisi riil setiap keluarga.

Lebih dari sekadar berbagi materi, Wahyutie menegaskan bahwa kegiatan ini adalah wujud kontribusi nyata umat Buddha dan masyarakat Tionghoa untuk membangun kebersamaan di Kota Bogor.

Ia bahkan mengutip kearifan lokal Sunda untuk menjelaskan semangat di balik acara ini.

"Kalau dalam budaya Sunda ada istilah saling asah, asih, asuh, di sini kami praktikkan lewat saling bantu,” katanya.

Pernyataan ini menggarisbawahi bagaimana nilai-nilai universal kemanusiaan dapat menjadi jembatan antar budaya, menciptakan harmoni di tengah keberagaman.

Kehadiran jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap acara ini. Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, menyebut Cioko bukan hanya ritual, tetapi momentum sosial yang memperkuat sinergi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?