“Sangat menguntungkan sekali program dari BI ini. Kami benar-benar terbantu dengan adanya bantuan kerjasama dengan Al-Ittifaq, sekarang kami bisa memaksimalkan potensi lahan yang kami miliki,” kata Heri.
Rencananya, pada 2022, di 16 pesantren itu sudah memiliki gudang hasil pertanian dan selang setahun berikutnya mereka akan membangun pusat distribusi hasil pertanian di Majalengka. Maka pada 2024, mereka menargetkan sudah bisa melakukan ekspor lantaran hasil produksi pertanian sudah dalam keadaan surplus.
Konsep Ketahanan Pangan Ala Ponpes Al-Ittifaq
Tiga langkah dari pinggir kantor Koperasi Pesantren Al-Ittifaq, terdapat dua petak kolam ikan berukuran sekitar 30x40 meter. Ikan dari kolam itu biasa ditangkap oleh santri untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Baca Juga: Ketahanan Pangan Desa Sumurgeneng dan Wadung Tuban, Anti Lapar saat COVID
Berjarak sekitar 50 meter dari Kopontren, berdiri megah beberapa greenhouse milik Al-Ittifaq. Udara terasa dingin saat Suara.com berkesempatan untuk berkunjung ke salah satu greenhouse milik pesantren. Diantar oleh Muhammad Ruslan (28 tahun), salah satu santri yang bertugas di bagian perkebunan, kami melewati pemukiman warga sebelum akhirnya tiba di greenhouse milik pesantren. Tidak ada batas seperti benteng ataupun pagar antara pemukiman warga dengan bangunan pesantren.
Di bagian dalam greenhouse, berjejer memanjang bedeng yang ditanami sayuran jenis bayam Jepang dan pakcoy. Di bagian tengah terdapat enam tong berwarna biru berukuran jumbo berisi campuran air dan berbagai pupuk cair. Di pojok lainnya, ada mesin berbentuk persegi yang mampu mengendalikan penyiraman tanaman secara otomatis. Di atas mesin itu tergantung router wifi.
"Sistem irigasi dan pemberian pupuk bisa otomatis. Ini bisa dikendalikan dari jarak jauh, ada aplikasinya di handphone," jelas Ruslan.
Ruslan tampak merogoh telepon genggam dari sakunya, dan membuka aplikasi khusus dari layar telepon genggam miliknya. Rupanya, santri yang sudah mondok selama 12 tahun di Al-Ittifaq itu akan melakukan penyiraman yang bisa diakses dari telepon genggam. Sejurus kemudian, suara mesin pompa air pun terdengar, dan selang yang terpasang tepat di bagian tengah bedeng, mengeluarkan tetesan air.
Irawan mengatakan, Al-Ittifaq memang sudah jauh-jauh hari menggunakan teknologi pertanian modern. Tak tanggung-tanggung mentor yang melatih para santri untuk bercocok tanam pun berasal dari Belanda, tepatmya pakar senior pertanian dari organisasi nirlaba bernama PUM Netherland Senior Expert.. Selain itu Al-Ittifaq pun didampingi oleh pakar pertanian dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
Baca Juga: Ketahanan Pangan Indonesia Tergantung Besar Kecilnya Impor
"Disini sangat modern, berbasis android greenhouse kita mah. Kita kerjasama dengan Belanda itu sejak tahun 2016, jadi ahli-ahli pertanian dari Belanda, stay disini ngajar di kita, bahkan kita berkesempatan belajar di sana, menyerap ilmu pengetahuan dari mereka," ucapnya.
Menurutnya, ketahanan pangan bisa terwujud kalau ada kesinambungan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Misalnya, antara pertanian yang saling membutuhkan dengan peternakan.
Hal itu terjadi di Al-Ittifaq, dimana sayuran sisa panen yang sudah tidak layak konsumsi dijadikan sebagai pakan ternak. Sebaliknya, kotoran ternak pun diolah sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan biogas, dan sisanya menjadi pupuk untuk tanaman.
Sistem cocok tanam pun dilakukan secara permakultur dimana penanaman bermacam sayuran didesain sedemikian rupa agar terjadi kesinambungan dan stok pangan bisa tetap terjaga sepanjang tahun. Konsep ramah lingkungan pun termasuk dalam sistem permakultur.
"Pertambahan penduduk yang terjadi menjadi masalah disini, maka solusinya permakultur," ujar Irawan..
Sektor perternakan pun dilakukan dengan konsep integrated farming system. Konsep buhun itu terus dijaga oleh Al-Ittifaq dalam mengembangkan sistem pertanian yang terintegrasi dengan peternakan.
Berita Terkait
-
Terobosan RIPE: Rekayasa Genetika Selamatkan Ketahanan Pangan dari Krisis Iklim?
-
Desa Berketahanan Pangan: Langkah Nyata Menuju Swasembada dan Kemandirian Lokal
-
Ketahanan Pangan jadi Andalan Prabowo, Program Makmur PKT Sentuh 73 Ribu Hektar Lahan
-
Kentang: Si Bulat Sederhana yang Diam-Diam Penyelamat Dunia
-
Padi Apung Hulu Sungai Utara: Solusi Ketahanan Pangan dari Lahan Terendam
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Murah dari Merek Underrated: RAM hingga 12 GB, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
9 Mobil Bekas Tahun Muda di Bawah Rp100 Juta: Nyaman, Siap Angkut Banyak Keluarga
-
5 Mobil Bekas buat Touring: Nyaman Dalam Kabin Lapang, Tangguh Bawa Banyak Orang
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
Terkini
-
Sidang Korupsi Hibah NPCI Jabar: Hasil Audit Perkara Kevin Fabiano Dinilai Cacat Hukum
-
Terdapat 5 Link DANA Kaget Khusus untuk Warga Jabar, Klaim Sekarang Auto Cuan
-
Siap-siap! Lalu Lintas Tol Jabodetabek Meningkat Drastis
-
Indonesia Punya Harapan Baru Atasi Sampah, Ini Alasannya
-
Ridwan Kamil Segera Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi Bank BJB