Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Sabtu, 25 Juli 2020 | 14:28 WIB
Konsep Ketahanan Pangan Ala Pondok Pesantren Al-Ittifaq. (Suara.com/Aminuddin)

“Sangat menguntungkan sekali program dari BI ini. Kami benar-benar terbantu dengan adanya bantuan kerjasama dengan Al-Ittifaq, sekarang kami bisa memaksimalkan potensi lahan yang kami miliki,” kata Heri.

Rencananya, pada 2022, di 16 pesantren itu sudah memiliki gudang hasil pertanian dan selang setahun berikutnya mereka akan membangun pusat distribusi hasil pertanian di Majalengka. Maka pada 2024, mereka menargetkan sudah bisa melakukan ekspor lantaran hasil produksi pertanian sudah dalam keadaan surplus.

Konsep Ketahanan Pangan Ala Ponpes Al-Ittifaq

Tiga langkah dari pinggir kantor Koperasi Pesantren Al-Ittifaq, terdapat dua petak kolam ikan berukuran sekitar 30x40 meter. Ikan dari kolam itu biasa ditangkap oleh santri untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Baca Juga: Ketahanan Pangan Desa Sumurgeneng dan Wadung Tuban, Anti Lapar saat COVID

Berjarak sekitar 50 meter dari Kopontren, berdiri megah beberapa greenhouse milik Al-Ittifaq. Udara terasa dingin saat Suara.com berkesempatan untuk berkunjung ke salah satu greenhouse milik pesantren. Diantar oleh Muhammad Ruslan (28 tahun), salah satu santri yang bertugas di bagian perkebunan, kami melewati pemukiman warga sebelum akhirnya tiba di greenhouse milik pesantren. Tidak ada batas seperti benteng ataupun pagar antara pemukiman warga dengan bangunan pesantren.

Di bagian dalam greenhouse, berjejer memanjang bedeng yang ditanami sayuran jenis bayam Jepang dan pakcoy. Di bagian tengah terdapat enam tong berwarna biru berukuran jumbo berisi campuran air dan berbagai pupuk cair. Di pojok lainnya, ada mesin berbentuk persegi yang mampu mengendalikan penyiraman tanaman secara otomatis. Di atas mesin itu tergantung router wifi.

"Sistem irigasi dan pemberian pupuk bisa otomatis. Ini bisa dikendalikan dari jarak jauh, ada aplikasinya di handphone," jelas Ruslan.

Ruslan tampak merogoh telepon genggam dari sakunya, dan membuka aplikasi khusus dari layar telepon genggam miliknya. Rupanya, santri yang sudah mondok selama 12 tahun di Al-Ittifaq itu akan melakukan penyiraman yang bisa diakses dari telepon genggam. Sejurus kemudian, suara mesin pompa air pun terdengar, dan selang yang terpasang tepat di bagian tengah bedeng, mengeluarkan tetesan air.

Konsep Ketahanan Pangan Ala Pondok Pesantren Al-Ittifaq. (Suara.com/Aminuddin)

Irawan mengatakan, Al-Ittifaq memang sudah jauh-jauh hari menggunakan teknologi pertanian modern. Tak tanggung-tanggung mentor yang melatih para santri untuk bercocok tanam pun berasal dari Belanda, tepatmya pakar senior pertanian dari organisasi nirlaba bernama PUM Netherland Senior Expert.. Selain itu Al-Ittifaq pun didampingi oleh pakar pertanian dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Baca Juga: Ketahanan Pangan Indonesia Tergantung Besar Kecilnya Impor

"Disini sangat modern, berbasis android greenhouse kita mah. Kita kerjasama dengan Belanda itu sejak tahun 2016, jadi ahli-ahli pertanian dari Belanda, stay disini ngajar di kita, bahkan kita berkesempatan belajar di sana, menyerap ilmu pengetahuan dari mereka," ucapnya.

Load More