Terkait lamanya waktu proses bantuan, Dodo mengungkapkan hal itu tergantung pada kelengkapan data. Jika datanya telah sesuai, maka pihaknya akan memproses pengajuan bantuan tersebut. Hal itu sebagai persyaratan administrasi.
Kebebasan Semakin Sulit Diekspresikan
Pascakasus prank sembako berisi sampah, bagi Luvhi, perlakukan diskriminatif di masyarakat atau pemerintahan Jawa Barat terhadap transpuan tidak ada perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak bersimpati apalagi bersolidaritas atas kondisi transpuan yang kian rentan selama pandemi. Diskriminasi masih ada hingga komentar yang menyebutkan bahwa mereka memang ingin diberikan sampah.
“Banyak yang menyudutkan kami ketika pencabutan kasus,” tambahnya.
Baca Juga: Heboh Warga Antre di Pengadilan Agama Soreang Mau Ajukan Cerai
Ia bercerita, bagaimana kondisi transpuan awal tahun 2005-an hingga 2010-an masih cukup mudah mengekspresikan diri, meski stigma negatif dan sentimen di masyarakat tidak bisa dihindarkan. Belakangan, sentimen makin kuat terasa dari berbagai kelompok di masyarakat, terutama dari kelompok agama.
Bahkan, kecaman dan kekerasan sering dirasakan dari kelompok organisasi masyarakat (ormas) Islam. Luvhi menjelaskan salah satu petugas lapangan Srikandi Pasundan pernah dilempar, dipukul dan ditelanjangi oleh salah satu ormas Islam ketika melalukan survei ke lapangan untuk salah satu program dari organisasinya.
Saat ini, kegiatan-kegiatan yang bentuknya mengekspresikan diri untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas para transpuan semakin sulit untuk diekspos ke publik. Olehnya kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut dilakukan secara diam-diam untuk menghindari sentimen dan penolakan dari masyarakat, yang justru merugikan para transpuan.
“Dulu tidak terlalu ekstrim seperti sekarang. Masih bisa melakukan aktivitas, misalkan ada perlombaan bola voli, terus ada pemilihan duta HIV. Kalau sekarang tidak bisa sama sekali, justru makin sulit (untuk berekspresi),” katanya.
Diskriminasi pada sektor formal juga dirasakan oleh Luvhi dan komunitasnya. Ia bahkan kesulitan mengakses pekerjaan formal yang menjadi cita-citanya dahulu, yaitu bekerja di sektor perbankan. Karena penampilannya ia ditolak dan sempat mendapat perundungan.
Baca Juga: Viral Antrean Panjang Orang Daftar Cerai di Pengadilan Agama Bandung
Menurut Luvhi Indonesia belum bisa menerima teman-teman transpuan yang menampilkan ekspresi gender sebebas-bebasnya. Karena hal itu akan memicu pemberitaan-pemberitaan negatif, berbeda saat mereka melakukan hal yang positif.
“Itu muncul beritanya paling kencang. Tapi di saat kita melakukan yang positif ya dianggap biasa,” protesnya.
Di awal Srikandi Pasundan, Luvhi mengisahkan, hal paling mendesak yakni kebutuhan para transpuan di Kota Bandung yang tidak terpenuhi, karena kuatnya stigma negatif serta diskriminasi. Bentuk paling sederhana dari diskriminasi, sambung Luvhi, ketika transpuan mengakses layanan kesehatan, misalnya, seringkali transpuan dipanggil dengan sebutan laki-laki.
Ini yang membuat kalangan transpuan sangat enggan mengurus administrasi dan mengakses hak-haknya karena perlakuan yang melecehkan dari para petugas. Pihaknya ingin masyarakat dan pemerintah menghargai keberadaan mereka. Seperti memanggil mereka dengan penyebutan yang benar. Mungkin bagi kebanyakan orang sepele, tapi menurut Luvhi ini adalah yang sangat berarti.
“Masa sudah dandan cantik-cantik masih dipanggilnya Asep atau Ujang. Nah, ini salah satu yang harus kita advokasi,” ungkapnya.
Diskriminasi juga masih terus dirasakan Joya. Meski di lingkungan baru cukup menerimanya, namun sentimen dari masyarakat lain masih dirasakannya. Ketika belanja di pasar, misalnya, perlakuan sinis masih diterima. Joya kecewa kepada masyarakat yang masih tidak menghargai dirinya.
Berita Terkait
-
Persib Bandung Jadi Tuan Rumah, Piala Presiden 2025 Undang Oxford United FC
-
Aturan Jam Malam Pelajar di Bandung Mulai Diberlakukan
-
Berkah Dipanggil Timnas Indonesia, Persib Perpanjang Kontrak Beckham Putra
-
Hadir di 3 Kota, Social Chic 2025 Gelar Festival Fashion & Beauty
-
Pulang Kampung, Bojan Hodak Bocorkan Rencana Jadwal Latihan Persib Bandung
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- Jay Idzes Akhirnya Pamerkan Jersey Biru Bergaris!
- Dear Erick Thohir! Striker Pencetak 29 Gol Keturunan Kota Petir Ini Layak Dinaturalisasi
- Kontroversi Bojan Hodak di Kroasia, Sebut Persib Bandung Hanya Tim Papan Bawah
- 7 Rekomendasi Mobil Murah dengan Sunroof, Harga mulai Rp 80 Jutaan
Pilihan
-
Timnas Indonesia Kembali Tergusur, Berikut Klasemen Grup C Jelang Laga Penentuan
-
Ricky Kambuaya: Si Anak Pendiam yang Bikin Patrick Kluivert Jatuh Cinta
-
Patrick Kluivert Bongkar Kekurangan Timnas Indonesia Kalahkan China: Kami Tidak...
-
BREAKING NEWS! Timnas Indonesia Lolos Babak Keempat, Nawaf Alaqidi Ikut Bantu
-
Hasil Timnas Indonesia vs China: Gol Ole Romeny Bawa Garuda Naik ke Peringkat 3 Grup C!
Terkini
-
Bangkai Macan Tutul Jawa Ditemukan Membusuk di Garut, Diduga Akibat Jebakan
-
Tips Merancang Kegiatan Produktif Saat Liburan Idul Adha
-
Terungkap di Sidang Korupsi NPCI Jabar: Saksi Beberkan Kevin Fabiano Beli Sepatu Sesuai Anggaran
-
Mengerikan! Begini Kondisi Air Liur Para Perokok
-
Jusuf Kalla Minta Pemerintah Jangan Hanya Salahkan Preman, Tapi..