SuaraJabar.id - Perpustakaan menjadi tempat baca buku yang paling mengasyikan. Namun apakah di era digital saat ini perpustakaan masih menjadi tempat favorit untuk membaca?
Di Jatinangor, Kabupaten Sumedang terdapat perpustakaan legendaris. Namanya adalah perpustakaan Batu Api.
Dilansir dari Ayobandung.com, sudah 22 tahun perpustakaan Batu Api berdiri di Jatinangor. Lokasinya yang strategis di tengah lingkungan pendidikan, membuat perpustkaan ini tak pernah sepi dan selalu ramai dikunjungi oleh mahasiswa.
Saat berkunjung masuk ke dalam perpustakaan, berbagai aktivitas pasti banyak terjadi, seorang mahasiswa yang sedang membaca buku, lain mahasiswa yang sedang mencari referensi untuk skripsinya, hingga sang pustakawan dan mahasiswa lainnya yang sedang berdiskusi membahas sebuah isu.
Baca Juga: Dear Mahasiswa ITB, Siap-Siap Ngampus Lagi Semester Ini
Seluruh kegiatan tersebut tentu bukan hal yang biasa terjadi setiap harinya. Bahkan sejak pandemi pun perpustakaan ini masih ramai dikunjungi oleh mahasiswa setempat.
"Di sini mah tiap hari pasti ada kegiatan, walaupun sekadar datang baca buka atau sewa buka pasti ada aja,” jelas seorang pustakawan Anton (46), Rabu, (16/6/2021).
Di dalam perpustakaan yang tidak begitu besar ini, hampir 10.000 buku terkoleksi di dalamnya. Selain itu, majalah, koran, kaset atau cd musik, bahkan film pun ada di dalam raknya.
Menurutnya, seluruh koleksi dan pengetahuan yang ada di dalam perpustakaan Batu Api ini menjadi bentuk dukungan untuk meningkatkan literasi bagi mahasiswa atau masyarakat yang datang kemari.
Tak hanya itu, selain sebagai tempat berkunjung untuk menambah literasi pun, sebelum pandemi perpustakaan Batu Api ini sering mengadakan acara untuk membahas atau membedah sebuah buku atau isu, dan tentunya mahasiswa selalu antusias dengan setiap kegiatannya.
Baca Juga: Sisi Hulu dan Hilir Wajib Dukung Penguatan Literasi
Perpustakaan ini berada di Jalan Raya Jatinangor No. 142. Namun yang uniknya, sang pemilik atau sang pustakawan mengubah nama alamatnya menjadi Jalan Pramoedya Ananta Toer No. 142. Alasannya sederhana, karena sang pustakawan kagum terhadap sosok Pramoedya Ananta Toer, serta lengkapnya koleksi tulisan karya Pramoedya Ananta Toer di perpustakaan ini.
Berita Terkait
-
4 Rekomendasi Tempat Ngedate di Blok M: Dari Perpustakaan hingga Taman!
-
Profil Pemilik Jatinangor House, Restoran Viral Gegara Karyawan Masak Tanpa Baju
-
Langsung Ditutup! Viral Karyawan Ayam Jatinangor Tak Pakai Baju Saat Masak, Kondisi Dapur Bikin Jijik
-
Muncul Ilustrasi Prabowo dan Gibran di Aplikasi Perpustakaan Digital, Netizen Singgung Kebiasaan Baca Wapres
-
Nasib Perpustakaan Konvensional di Era Digital
Terpopuler
- STY Ancam Rizky Ridho: Kamu Nggak Bakal Saya Mainkan!
- Kimberly Ryder Baru Sadar Edward Akbar NPD Usai Cerai
- Daftar 4 Artis Indonesia Peluk Kristen Pulang Umrah, Termasuk Paman Ivan Gunawan hingga Lukman Sardi!
- Reaksi Guru Kiano saat Peluk Paula Verhoeven Disorot: Tanpa Kata...
- Gibran Terciduk Ulangi Kesalahan Penggunaan 'Para', Warganet: Beneran Nggak Ngerti atau Sengaja?
Pilihan
-
Jalan Poros Menuju IKN Longsor dan Terbelah Dua, Warga Rekam Kejadian Mencekam
-
Meninggal Dunia, Awang Faroek Tinggalkan Filosofi Ikhlas dan Kejujuran dalam Kerja
-
Awang Faroek Ishak Meninggal Dunia, Kalimantan Timur Berduka
-
BRIDA Kaltim Buka Peluang bagi Pelajar SMA/SMK untuk Menjadi Peneliti Handal
-
Bertahan Hidup di Laut, Kukuh Bawa Jenazah Temannya Selamat ke Pelabuhan
Terkini
-
DPRD Ingatkan Pemkot Bogor Kaji Operasional BisKita Secara Komprehensif
-
KCIC Buka Penjualan Tiket Whoosh Dari dan Menuju Stasiun Karawang
-
Waspada Bencana, BPBD Karawang Sebar Personel ke Sejumlah Lokasi Wisata
-
BMKG Pastikan Gempa Magnitudo 5,2 di Sukabumi Tak Berpotensi Tsunami
-
Deteksi Dini dan Edukasi Jadi Senjata Ampuh Lawan HIV/AIDS di Jawa Barat