Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 26 Oktober 2021 | 14:39 WIB
Seorang warga menunjukan retakan rumah akibatnya ledakan pembuatan Tunnel 11 yang kini sudah Ditinggalin pemiliknya. [Suara.com/Ferry Bangkit]

SuaraJabar.id - Belasan warga Kompleks Tipar Silih Asih, RW 13, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) berniat menjual dan menggadai rumah yang sudah puluhan tahun ditinggali.

Bukan karena tidak nyaman, tapi merasa tidak aman lagi sejak adanya aktifitas blasting atau peledakan di Gunung Bohong untuk membuat terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Warga selalu dihantui ketakutan dalam dua tahun terakhir.

"Ada sekitar 18 rumah yang saya tau mau dijual atau digadai. Tapi belum laku, bank juga enggak mau ambil karena sudah tau kondisi di sini," kata Ketua RW 13 Rudianto kepada Suara.com pada Selasa (26/10/2021).

Baca Juga: Aa Umbara Ditutut 7 Tahun Penjara dalam Kasus Korupsi Bansos COVID-19

Dikatakan Rudi, sejak aktivitas blasting dilakukan untuk menembus Gunung Bohong yang tepat berada di atas pemukiman, warga merasa tidak tenang lagi. Rumah-rumah warga mengalami kerusakan seperti dinding dan lantai yang terbelah akibat dampak ledakan tersebut.

Tim dari KLHK tengah mengecek rumah warga Kompleks Tipar Silih Asih RW 13 Desa Laksanamekar, Padalarang, Bandung Barat yang terdampak aktivitas blasting pembuatan terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Kekinian, meskipun aktivitas ledakan sudah tidak ada, namun warga merasa was-was sewaktu-waktu terjadi bencana longsor hingga tanah amblas.

Pasalnya, kata Rudi, sejak adanya proyek itu tanah di kawasan tersebut strukturnya sudah tidak kuat lagi.

"Apalagi sekarang lagi musim hujan, warga makin was-was. Penurunan tanah itu nyata di wilayah kami. Buktinya lantai rumah warga ada yang sudah tidak rata lagi," ungkap Rudi.

Saking khawatirnya, lanjut dia, warga rutin melakukan ronda setiap malam untuk mengantisipasi kejadian bencana yang tidak diharapkan. Selain itu, warga juga berencana mengadakan mitigasi dan simulasi kebencanaan.

Baca Juga: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bakal Pacu Ekspansi Bisnis

"Kalau untuk simulasi kebencanaan baru rencana. Kita mau ajukan karena kalau melihat hasil penelitian waktu awal kan struktur tanah di sini terganggu," sebut Rudi.

Seperti diketahui, aktivitas peledakan untuk menebus Gunung Bohong itu dilakukan sejak tahun 2019 dan berdampak terhadap rumah-rumah warga di Kompleks Tipar Silih Asih.

Banyak rumah warga yang mengalami kerusakan berupa retakan pada dinding dan lantai.

Ada sekitar 166 Kepala Keluarga (KK) yang dihuni sekitar 450 jiwa. Mereka menghuni sekitar 120 rumah.

"Dari total jumlah itu, sekitar 80 persen terdampak. Minimal ada retakan pada dinding sama lantai. Sampai sekarang ada yang sudah diperbaiki, ada yang dibiarkan," katanya.

Baru-baru ini, warga Kompleks Tipar Silih Asih mendatangkan tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan sudah mengecek ke lokasi.

Warga meminta ada penelitian kembali untuk mengetahui kondisi pemukiman apakah aman untuk ditinggali atau malah sebaliknya.

Direktur Eksekutif Walhi Jabar, Meiki W Paendong mengatakan, selain berdampak terhadap rumah, ledakan untuk menembus Gunung Bohong yang akan digunakan sebagai trase KCJB itu juga berdampak terhadap struktur tanah yang dihuni warga.

"Struktur tanah sudah tak lagi memungkinkan untuk ditempati karena dikhawatirkan terjadi longsor. Apalagi saat ini sedang hujan," ujarnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More