Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Rabu, 13 Juli 2022 | 13:37 WIB
Wawan, Salah Seorang Warga Menunjukan Bagian Hutan yang Dulunya Ditengarai Bagian dari Perkebunan Koka di Bandung Barat (Suara.com/Ferry Bangkit)

"Jadi memang ada yang kuli gotongnya dari sini. Ada yang dibawa ke Belanda," ucap Wawan.

Namun dari cerita yang didapatnya, aktivitas perkebunan koka hingga pabriknya mulai terhenti setelah Belanda tidak lagi berkuasa. Apalagi tahun 1945 Indonesia menyatakan kemerdekannya, yang diikuti dengan penyerahan kedaulatan hingga aset-asetnya.

Setelah itu menurut Wawan muncul gerakan yang dinamakan 'zaman gedor' dimana bangunan peninggalan Belanda mulai dihancurkan warga. Termasuk pabrik produksi kokain di Citembong, Desa Margaluyu, Kecamatan Cipeundeuy, Bandung Barat.

Kini, sudah tidak ada lagi tanaman kola di sana dan bekas bekas pabriknya sudah menjadi kebun warga. Meski begitu, Wawan menunjukan sedikit puing-puing pondasi tersisa dari aktivitas produksi kokain di Citembong. Sementara batu-batu bekas pondasi sisanya udah diambil.

Baca Juga: Total Kokain Ditemukan di Perairan Anambas Ternyata 43 Kilogram

Lokasi bekas pabrik tersebut juga ber­ada di tepi Sungai Cita­rum yang menjadi pembatas dengan Kabupaten Cianjur. Lahan bekas tanaman dan pabri koka sebagian besar sudah dimiliki warga untuk ditanammi berbagai jenis sayuran.

"Saya ada yang ditanami pisang, bonteng (timun). Sekarang udah milik warga, termasuk saya. Ada sertifikatnya," ujar Wawan.

Keterangan tambahan didapat dari salah seorang pegiat sejarah, David Riksa Buana. Berdasarkan keterangan pemberitaan berbahasa Belanda De Locomotief pada 1938 diadakan pengerjaan Jembatan Gantung Bayabang di atas Sungai Citarum.

Bataviaasch Nieuwsblad juga menurunkan berita pada 12 September 1938 terkait Peresmian jembatan Ba­ya­bang yang dihadiri sejumlah pejabat di tingkat Provinsi Jawa Barat, Bupati Bandung, Bupati Su­me­dang, Bupati Purwakarta dan Bupati Cianjur.

"Jembatan baru ini memiliki panjang total 86 meter, dirancang oleh pensiunan chief engineer V dan W Jürgensen West dan dieksekusi oleh Biro Teknis Soenda di Bandoeng," terang David.

Baca Juga: Lika Liku Kehidupan Rodney Stotts: Dari Pengedar Kokain Hingga Jadi Pelatih Elang

Jembatan itu ditengarai sebagai akses untuk mengangkut hasil kokain produksi Citembong. Meskipun dalam Bataviaasch Nieuwsblad pada 4 Juni 1936 menuliskan nilai penting pembangunan jembatan terkait aktivitas pembelian teh pucuk dari penduduk untuk pabrik-pab­rik di Cianjur.

"Iya betul, kan dulu belum ada Jalan Citarum. Ada jalan yang tembus ke Cianjur," ucap David.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More