Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Kamis, 01 September 2022 | 14:00 WIB
Ilustrasi Ibu Hamil (Freepik)

SuaraJabar.id - Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus ditemukan setiap tahun. Bahkan periode Januari-Juni 2022 ada 46 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) baru. Delapan di antaranya ibu hamil.

Dinas Kesehatan KBB sendiri mencatat kasus HIV/AIDS secara keseluruhan dari tahun 2011 hingga Juni 2022 mencapai 550 orang. Sementara temuan kasus barunya tahun ini ada 46 orang.

"Kalau ibu hamil itu ada 8 kasus. TB 4 orang, lelaki seks lelaki (LSL) 28 orang, waria 2 orang dan lain-lain 4 orang," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Bandung Barat Nurul Rasyihan pada Kamis (1/9/2022).

Pihaknya belum mengetahui pasti asal-usul penularan HIV/AIDS terhadap sejumlah ibu hamil tersebut. Namun dugaan sementara bersumber dari pasangannya.

Baca Juga: Keren Banget, Aplikasi Ini Bisa Cek Kondisi Kesehatan Kulit Cuma Lewat Foto

"Ibu hamil banyak sumber penularannya, terutama lewat hubungan seks, jadi kemungkinan dari suami. Tapi itu sedang kita identifikasi lagi, karena (suami) kurang terbuka," terang Nurul.

Dikatakan Nurul, pihaknya sejauh ini baru melakukan pemeriksaan skrining terhadap ibu hamil. Sementara untuk calon pengantinnya belum dilakukan lantaran dikhawatirkan berdampak terhadap hubungan pasangan tersebut.

"Bilamana mau menikah kemudian pasangannya dicek ternyata positif masa bubar. Kan nanti kita yang kena masalah juga. Jadi itu sedang didalami juga solusinya seperti apa," imbuhnya.

Secara keseluruhan, Nurul mengungkapkan secara keseluruhan penularan kasus HIV-AIDS di Bandung Barat didominasi dari prilaku seks bebas, baik yang tidak menggunakan kondom dan berganti-ganti pasangan.

"Jadi banyaknya dari hubungan seks baik tanpa pengaman dan berganti pasangan. Banyaknya memang yang LSL," katanya.

Baca Juga: Hobi Pakai Kuteks? Ini 5 Tips Menjaga Kuku agar Tetap Sehat

Untuk mencegah agar kasusnya tidak semakin bertambah, Pihaknya bakal terus menggencarkan promosi Kesehatan. "Paling penting itu pendidikan Kesehatan dan reproduksi kesehatan serta pendidikan agama," pungkasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More