SuaraJabar.id - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diduga menjadi faktor utama meningkatnya pengangguran di Jawa Barat pada tahun 2025. Hal tersebut tentunya menjadi PR Gubernur, Dedi Mulyadi.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mengungkapkan pengangguran tahunan (year on year/yoy) di Jawa Barat per Februari 2025 mengalami pertambahan.
Berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Senin ini, tercatat ada 1,81 juta orang menganggur di Jawa Barat pada Februari 2025 yang menunjukkan peningkatan jika dibanding Februari 2024 di angka 1,79 juta orang, atau kenaikannya ada 0,02 juta (20 ribu) orang atau 1,04 persen.
"Jadi kalau dilihat kan memang ada penambahan pengangguran sebanyak 0,02 juta orang, artinya kan kita juga harus memperhitungkan berbagai faktor lainnya, semisal ada pertambahan penduduk begitu ya," kata Kepala BPS Jabar Darwis Sitorus dilansir dari Antera, Selasa 6 Mei 2025.
Di lokasi yang sama, Statistisi Ahli Madya (Ketua Tim Statistik Sosial) Isti Larasati Widiastuty membenarkan bahwa angka pengangguran yang meningkat ini, terdiri dari penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang saat disurvei tidak bekerja, mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha, disebabkan banyak faktor termasuk pemutusan hubungan kerja.
"Jadi dalam sepekan terakhir ketika disurvei, mereka itu tidak bekerja dan itu karena berbagai faktor, bisa juga dampak dari PHK," ujar Isti pada Antara.
Meski terjadi peningkatan jumlah orang yang menganggur di Jawa Barat, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Barat yang menunjukan persentase angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar, menunjukan penurunan.
BPS mencatat TPT pada Februari 2025 adalah sebesar 6,74 persen, yang mengalami penurunan 0,17 persen poin dari sebelumnya sebanyak 6,91 persen.
"Jumlah penduduk bekerja di Jawa Barat mencapai 24,99 juta orang, dengan distribusi penduduk bekerja terbesar adalah sebagai buruh/pegawai sebanyak 40,58 persen dan berusaha sendiri sebanya 22,53 persen," ujar Darwis Sitorus.
Baca Juga: Setelah Remaja, Dedi Mulyadi Akan Masukkan Pegawai Pemprov Nakal Dan Osis ke Barak Militer
Yang menjadi catatan tersendiri, adalah tingkat pengangguran pada lulusan SMK di mana jika dijabarkan berdasarkan lulusan, SMK merupakan yang tertinggi, yaitu 12,42 persen, disusul lulusan diploma IV, S1, S2, S3 dengan 9,47 persen, lalu SMA dengan 9,28 persen.
Isti Larasati Widiastuty menjelaskan kondisi SMK yang ada di puncak TPT itu patut didalami, karena ada beberapa faktor yang menyebabkan lulusan SMK yang disiapkan untuk langsung bekerja, masih banyak yang nganggur.
"Bisa karena link and match yang kurang pas. Tapi perlu di dalami juga dengan kajian yang lebih dalam berapa lama juga lulusan bisa dapat kerja setelah lulus. Karena biasanya di kita juga ada budaya pilih-pilih atau menunggu pekerjaan yang lebih pas gitu, nah ini perlu didalami," ujar Isti.
Meski begitu, Isti mengatakan meski jumlah pengangguran ada kenaikan, tapi dari sisi TPT menunjukan tren positif secara nasional, di mana pada 2025 ini menempati peringkat ketiga.
TPT itu dihitung dengan mempertimbangkan jumlah angkatan kerja. Sehingga tren nya berbeda dengan kenaikan pengangguran.
"Kalau secara nasional, TPT Jabar tidak lagi yang pertama seperti 2024 lalu. Tapi di ketiga di bawah Papua dan Kepulauan Riau," ujarnya.
BPS mengungkapkan proporsi pekerja formal sebanyak 44,11 persen dan informal sebanyak 55,89 persen. Pekerja formal merupakan pekerjaan yang dibantu buruh tetap dan juga buruh/karyawan atau pegawai, sedangkan pekerja informal adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas dan pekerja keluarga yang tidak dibayar.
Penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha yang tertinggi adalah sektor perdagangan sebesar 23,10 persen, diikuti industri pengolahan sebesar 18,12 persen dan pertanian sebesar 15,57 persen.
Lapangan usaha Perdagangan menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja selama Februari 2024-Februari 2025, yaitu sebanyak 0,56 juta (560 ribu) orang.
Berita Terkait
-
Setelah Remaja, Dedi Mulyadi Akan Masukkan Pegawai Pemprov Nakal Dan Osis ke Barak Militer
-
Bupati Garut Dukung Ide Dedi Mulyadi Soal Pendidikan Semi Militer untuk Pelajar
-
Om Zein Minta Kades dan Perangkat Desa Bantu Awasi Siswa di Jam Sekolah
-
Dari 'Gubernur Konten' ke Ajakan Kerjasama: Drama Baru Dedi Mulyadi dan Kaltim
-
LPSK Pastikan Tidak Ada Korban Kekerasan Seksual Dokter Kandungan di Garut yang Berjuang Sendiri
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Norman Nugraha Jadi Pejabat ke-15 Purwakarta yang Dipercaya Dedi Mulyadi di Jabar
-
Detik-detik Pengungkapan Puluhan KG Ganja di Depok
-
Kasus Keracunan MBG Berulang di Cianjur, Kenapa Sampel Makanan Selalu Negatif Bakteri?
-
Ribuan Siswa Keracunan Massal Program MBG, Dedi Mulyadi Perintahkan Audit Total
-
Satu Bulan Membuntuti, Jaringan Ganja 78,6 Kg Akhirnya Terendus di Depok: Ini Peran 6 Tersangka