Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Sabtu, 17 Mei 2025 | 18:42 WIB
Suasana kegiatan seminar di Pendopo Bupati Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (17/5/2025) terkait pengusulan tokoh KH Abbas Abdul Jamil sebagai Pahlawan Nasional. [ANTARA/Fathnur Rohman]

“Kami hanya ingin menempatkan beliau pada posisi yang layak sebagai teladan dan pemandu arah perjuangan bangsa,” katanya.

Sedangkan Anggota Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kabupaten Cirebon Mohammad Fathi Royyani menuturkan pengusulan tokoh tersebut sebagai Pahlawan Nasional, telah dilengkapi dokumen yang memenuhi syarat administratif dan historis.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menyebutkan, kalau kelengkapan dokumen pengusulan Kiai Abbas merupakan salah satu yang paling solid tahun ini.

“Termasuk data dari Belanda dan arsip surat kabar asing seperti New York Times, serta bukti penghormatan publik seperti penamaan masjid, gedung, hingga asrama atas nama beliau,” kata dia.

Baca Juga: Sepak Terjang KH Abdul Chalim Petinggi Hizbullah Berjuluk Muharrikul Afkar di Masa Melawan Penjajah

Diketahui, KH Abbas Abdul Jamil adalah salah satu tokoh ulama terkemuka asal Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat, yang memiliki kiprah besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia serta reformasi pendidikan pesantren.

Sosoknya tidak hanya dikenal di kalangan pesantren, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan nasional dan perkembangan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Pejuang Kemerdekaan dan Komandan Laskar Santri

Pada masa revolusi fisik pasca-Proklamasi 1945, KH Abbas memimpin laskar santri dari Cirebon yang turut serta dalam pertempuran besar 10 November di Surabaya.

Ia adalah bagian dari gerakan jihad fi sabilillah yang difatwakan oleh KH Hasyim Asy’ari, di mana para ulama dan santri angkat senjata mempertahankan kemerdekaan dari agresi Sekutu.

Baca Juga: Ulama Karismatik Kelahiran Majalengka KH Abdul Chalim Besok Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional

Kontribusinya menunjukkan bahwa kalangan pesantren memainkan peran nyata dalam perjuangan kemerdekaan, bukan sekadar moral, tetapi fisik dan militan.

Load More