Ini bagian paling menegangkan. Di era di mana hak cipta sangat dijunjung tinggi, Pemkab Bogor mengambil langkah berani.
Mereka mengakui belum meminta izin resmi untuk memutar lagu ini secara masif. Namun, mereka tidak gentar.
Sekda Ajat Jatnika dengan tegas menyatakan siap menanggung segala risiko, termasuk jika ada pihak yang memprotes dan menuntut pembayaran royalti.
"Tidak keberatan sih kalau diprotes gara-gara royalti," katanya.
Sikap "pasang badan" ini menunjukkan keseriusan mereka bahwa pesan moral dari lagu ini jauh lebih penting daripada potensi denda finansial.
4. Tujuannya Psikologis: Ingin "Melembutkan Hati" Warga
Tujuan akhir dari "teror" melodi ini sebenarnya sangat mulia. Pemkab Bogor berharap dengan terus-menerus mendengar lirik yang menyentuh, hati masyarakat bisa menjadi lebih lembut.
Harapannya, warga yang tadinya mungkin berniat ikut dalam aksi-aksi yang memanaskan suasana bisa berpikir ulang dan tergugah empatinya.
"Nah mudah-mudahan dengan pendekatan itu kita tergugah terus sadar bahwa okey kita ada permasalahan kemudian kita bersama melakukan perbaikan diri," jelas Ajat. Ini adalah sebuah eksperimen sosial berskala kota untuk meredam tensi dengan musik.
5. Menggunakan Aset Publik untuk Menyampaikan Pesan Emosional
Baca Juga: Gebrakan Nekat Pemkab Bogor: Siap Pasang Badan dan Bayar Royalti Demi Gema Ibu Pertiwi
Kebijakan ini menjadi contoh langka bagaimana aset dan infrastruktur publik (seperti pengeras suara di lampu merah dan stasiun) digunakan bukan hanya untuk informasi fungsional, tetapi untuk menyebarkan pesan emosional dan bahkan politik.
Biasanya kita mendengar imbauan lalu lintas atau iklan layanan masyarakat, tapi kali ini pemerintah menggunakannya untuk "terapi" empati massal.
Hal ini membuka diskusi baru tentang fungsi ruang publik dan bagaimana pemerintah bisa berkomunikasi dengan warganya di luar jalur-jalur formal.
Tag
Berita Terkait
-
Gebrakan Nekat Pemkab Bogor: Siap Pasang Badan dan Bayar Royalti Demi Gema Ibu Pertiwi
-
Bukan Sekadar Lagu, 'Ibu Pertiwi' Jadi Protes Sunyi Pemkab Bogor Atas Kondisi Nasional?
-
Pemkab Bogor Wajibkan Putar Lagu Ibu Pertiwi di Lampu Merah hingga Stasiun, Siap Tanggung Royalti?
-
Ancaman Serius di Cianjur: Viral Ajakan Jarah Rumah 50 Anggota DPRD, Polisi Siaga Penuh
-
6 Fakta di Balik Kebijakan ASN Bogor Wajib Pakai Baju Bebas Selama 4 Hari
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
Terkini
-
3 Fakta Mengerikan di Balik 'Rudal Kayu' Banjir Bandang Sumatera Menurut Pakar IPB
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar
-
Lahir dari Kas Masjid, Kini BRI Jadi Bank Terbesar di Indonesia
-
Kasus Video Asusila Lisa Mariana Masuki Babak Penjemputan Paksa
-
DPRD Bogor Beri 'Lampu Hijau' TPAS Galuga dengan Catatan Keras