- Hiperhidrosis adalah Kondisi Medis yang Berdampak pada Kehidupan Sehari-hari
- Hiperhidrosis Memiliki Dua Jenis Utama dengan Penyebab yang Berbeda
- Ada Beragam Pilihan Penanganan, dari Sederhana hingga Permanen
SuaraJabar.id - Pernah merasa cemas saat harus berjabat tangan karena telapak tanganmu selalu basah? Atau sering ganti baju karena noda keringat di ketiak yang nggak hilang-hilang.
Padahal cuaca lagi nggak panas dan kamu juga nggak habis olahraga? Jika ya, kamu nggak sendirian. Kondisi ini punya nama medis hiperhidrosis.
Meskipun tidak berbahaya, keringat berlebih bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan menurunkan kepercayaan diri.
Untuk mengupas tuntas masalah ini, kami berbincang dengan dr. Stella Aprilia Spesialis Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular dari Eka Hospital Cibubur.
“Keringat adalah cara alami tubuh untuk mendinginkan diri. Namun, pada kondisi hiperhidrosis, seseorang berkeringat secara berlebihan meskipun suhu tubuhnya tidak perlu didinginkan. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup bahkan mengurangi kepercayaan diri,” ujarnya di Bogor, Selasa 16 September 2025.
Menurut dr. Stella, hiperhidrosis adalah kondisi medis di mana kelenjar keringat tubuh menjadi super aktif.
Keringat deras ini sering muncul di area spesifik seperti telapak tangan, telapak kaki, ketiak, atau wajah, tanpa dipicu oleh suhu panas atau aktivitas fisik.
Ada dua jenis utama hiperhidrosis yang perlu kamu tahu:
Hiperhidrosis Primer
Baca Juga: Dedi Mulyadi 'Naksir' RSUD Kota Bogor, Dedie Rachim Beri Lampu Hijau Bersyarat
Ini jenis yang paling umum dan biasanya muncul sejak masa kecil atau remaja. Penyebab pastinya belum diketahui, tapi diduga kuat karena faktor genetik atau keturunan. Keringat berlebih hanya terjadi di area tertentu (fokal).
Hiperhidrosis Sekunder
Kalau yang ini, keringat berlebih adalah gejala dari kondisi medis lain. Pemicunya bisa karena penyakit tiroid, diabetes, infeksi, hingga efek samping obat-obatan. Biasanya, keringat muncul di seluruh tubuh.
Jangan Pasrah! Ini 5 Cara Mengatasi Hiperhidrosis dari Dokter
Kabar baiknya, kamu tidak harus hidup selamanya dengan kondisi ini. Berkat kemajuan teknologi medis, ada beberapa solusi efektif untuk mengendalikan hiperhidrosis, dari yang paling simpel hingga tindakan operasi. Berikut adalah opsi penanganan yang dijelaskan oleh dr. Stella:
1. Antiperspirant Khusus (Clinical Strength)
Ini adalah garda terdepan. Bukan deodoran biasa, tapi produk antiperspirant yang mengandung aluminium klorida dalam konsentrasi tinggi. Fungsinya untuk menyumbat saluran kelenjar keringat untuk sementara waktu.
2. Iontophoresis
Sebuah prosedur non-invasif yang cocok untuk tangan dan kaki. Kamu akan merendam tangan atau kakimu di dalam air yang dialiri listrik bertegangan rendah. Terdengar menyeramkan? Tenang, ini aman dan berfungsi untuk "mematikan" sementara aktivitas kelenjar keringat.
3. Suntikan Botox
Ya, botox tidak hanya untuk kecantikan! Suntikan botulinum toxin di area seperti ketiak sangat efektif untuk memblokir sinyal saraf yang memerintahkan kelenjar untuk memproduksi keringat. Efeknya bisa bertahan selama beberapa bulan.
4. Obat-obatan Oral (Tablet)
Untuk kasus yang lebih luas, dokter bisa meresepkan obat jenis antikolinergik. Obat ini bekerja secara sistemik untuk mengurangi produksi keringat di seluruh tubuh. Namun, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter ketat karena potensi efek sampingnya.
5. Operasi ETS (Endoscopic Thoracic Sympathectomy)
Ini adalah solusi paling permanen dan menjadi pilihan terakhir jika cara lain gagal. Melalui prosedur bedah minimal invasif, dokter akan memotong atau menjepit simpul saraf simpatik di rongga dada yang bertanggung jawab atas keringat berlebih di tangan atau wajah.
Bagi pasien yang menjalani operasi ETS, hasilnya seringkali dramatis dan instan. Telapak tangan yang tadinya selalu basah bisa langsung kering permanen. Namun, ada satu efek samping yang paling umum terjadi, yaitu keringat kompensasi.
"Keringat berlebihan bisa muncul di area tubuh lain, seperti punggung, perut, paha, atau kaki. Kondisi ini terjadi karena tubuh mencari cara lain untuk melepaskan panas setelah jalur keringat utama diblokir," jelas dr. Stella yang berusia 34 tahun itu.
Tag
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi 'Naksir' RSUD Kota Bogor, Dedie Rachim Beri Lampu Hijau Bersyarat
-
Sound Horeg Ancam Pendengaran Permanen? Ini Penjelasan Dokter Guntur
-
7 Fakta Miris Kematian Balita Raya: Bukan Cacing, Sepsis dan Alarm untuk Layanan Kesehatan Kita
-
Menkes Budi: Balita Raya Meninggal Bukan karena 1 Kg Cacing, Tapi Sepsis Akibat Infeksi Kronis
-
Semarak HUT RI ke-80: Ketika Tenaga Medis Masa Depan Berdandan Ala Timnas di SMK Moestopo
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
IPB University Larang Keras Sivitas Akademika Kerja Sama dengan Israel
-
Guru Besar IPB ke Influencer: Hati-hati Sampaikan Informasi Kesehatan
-
Telapak Tangan Basah Bikin Minder? Jangan Pasrah, Ini 5 Solusi Hiperhidrosis dari Dokter Ahli
-
Keringat Berlebih di Telapak Tangan? dr. Stella Aprilia Bocorkan Cara Jitu Mengatasinya
-
Empat Dosa Lingkungan: Kinerja Menteri LHK Disorot, Hanya Berani Segel Tanpa Sidang?