- Petani aktif menari dan berinteraksi di depan kamera ponsel
- Penelitian bertujuan menelaah bagaimana fenomena Joget Sadbor mencerminkan perubahan sosial ekonomi di masyarakat desa
- 300 warga, termasuk para petani, aktif menjadi live streamer
SuaraJabar.id - Sebuah fenomena unik tengah terjadi di Desa Bojongkembar, Sukabumi, Jawa Barat.
Para petani di desa ini kini tak hanya sibuk di sawah, tapi juga aktif menari dan berinteraksi di depan kamera ponsel.
Fenomena ini dikenal luas sebagai “Joget Sadbor”, tren khas TikTok yang belakangan menarik perhatian banyak pihak—termasuk kalangan akademik.
Sekelompok mahasiswa IPB University menjadikan fenomena ini sebagai bahan riset dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berjudul “Joget Sadbor: Eksplorasi Fenomena Alternatif Profesi Petani menjadi Live Streamer TikTok dalam Konteks Sosial Ekonomi pada Masyarakat Desa Bojongkembar.”
Mengutip dari ipb.ac.id, Ketua tim peneliti, Muhammad Daffa Haikal, menjelaskan bahwa penelitian mereka bertujuan menelaah bagaimana fenomena Joget Sadbor mencerminkan perubahan sosial ekonomi di masyarakat desa.
“Mayoritas masyarakat pedesaan menghadapi dinamika ekonomi akibat pendapatan yang rendah. Di tengah keterbatasan itu, muncul tren ‘Joget Sadbor’ yang dipelopori seorang warga bernama Gunawan pada tahun 2020,” ujar Daffa.
Awalnya, Joget Sadbor hanyalah hiburan ringan bagi warga desa. Namun seiring waktu, aktivitas menari dan melakukan siaran langsung di TikTok berkembang menjadi sumber penghasilan alternatif.
Kini, tak kurang dari 300 warga, termasuk para petani, aktif menjadi live streamer.
“Kami ingin tahu apakah Joget Sadbor hanya sekadar tren hiburan, atau bisa menjadi profesi alternatif yang berkelanjutan tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai petani,” jelas Daffa.
Baca Juga: Geger Video Viral! Ajudan Bupati Purwakarta Diduga Selingkuh, Brimob Y Dipulangkan ke Polda Jabar
Dari Sawah ke Layar TikTok
Hasil riset menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi, profesi live streamer memberikan penghasilan lebih tinggi dibandingkan bertani.
Pendapatan rata-rata streamer mencapai Rp2,5–3 juta per bulan, sementara petani umumnya memperoleh sekitar Rp1,5 juta.
Namun, bukan hanya soal uang. Dari sisi sosial, tren ini juga menciptakan ruang interaksi baru yang memperkuat solidaritas antarwarga.
Para pelaku Joget Sadbor saling mendukung, saling berbagi penonton, bahkan membantu satu sama lain dalam membuat konten.
“Mereka tetap berprofesi sebagai petani. Live streaming dijadikan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan,” kata Daffa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Lereng Gunung Sinapeul Longsor, 100 KK di Arjasari Dievakuasi Darurat Malam Ini
-
Bukan Sekadar Ijazah, Rektor Baru IPB Dr. Alim Setiawan Siapkan Mahasiswa Jadi Global Leader
-
4 Spot Wisata Karawang Paling Kalcer dan Estetik Buat Healing Akhir Tahun Anti Boncos
-
3 Fakta Mengerikan di Balik 'Rudal Kayu' Banjir Bandang Sumatera Menurut Pakar IPB
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar