Wali Kota Bogor Desak Lakukan Evaluasi Sistem Pemilu Serentak

Penerimaan panita diminta lebih diutamakan untuk kaum muda mengingat kondisi fisik yang harus kuat menjalankan tugas dalam pemilu tersulit sepanjang sejarah ini.

Chandra Iswinarno
Selasa, 23 April 2019 | 16:09 WIB
Wali Kota Bogor Desak Lakukan Evaluasi Sistem Pemilu Serentak
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto. (Suara.com/Rambiga)

SuaraJabar.id - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiato meminta kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengevaluasi penerimaan panitia penyelenggaraan untuk pemilu masa mendatang.

Hal itu menyusul dua warga Kota Bogor yang meninggal dunia dan tujuh lainnya dirawat karena diduga kelelahan saat bertugas dalam Pemilu 2019.

"Ini evaluasi juga untuk bangsa ini terkait sistem pemilu yang lebih menimbang faktor kemanusiaan. Ini kan jumlah korbannya cukup banyak, cukup masif ya. Ini harus dievaluasi ke depan model serentak begini karena harus dihitung kesiapan tenaga," kata Bima, usai menjenguk salah satu panitia penyelenggara pemilu di RS PMI, Kota Bogor, Selasa (23/4/2019).

Menurut Bima, penerimaan panita seharusnya lebih diutamakan untuk kaum muda. Hal itu mengingat kondisi fisik yang harus kuat menjalankan tugas dalam pemilu tersulit sepanjang sejarah ini.

Baca Juga:HNW Sebut Sistem Pemilu 2019 Tak Sesuai Harapan, Banyak KPPS Meninggal

"Ini kan semuanya kebanyakan tokoh masyarakat, ketua RT yg sudah berusia dan berumur. Kebanyakan pensiunan. Ke depan harus ada perbaikan dari segi usia, kemampuan, anak-anak muda harus dilibatkan karena ketahanan fisiknya kuat," ungkap Bima.

Terkait santunan dan biaya pengobatan para panitia tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan KPUD Kota Bogor dan membantu semaksimal mungkin.

"Pemkot Bogor memberikan atensi, semuanya kita pastikan memiliki BPJS . Kita komunikasi dengan keluarga apa yang bisa kita bantu," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Rubaeah menuturkan sebagian besar panitia pemilu yang meninggal dunia dan sakit mengalami kelelahan karena bekerja hingga larut malam.

"Jam kerjanya di atas normal, sedangkan tidak ada asupan energi yang cukup. Hal itu menyebabkan hipertensi, hingga tipus," ujar Rubaeh.

Baca Juga:Pengamat: Banyak Anggota KPPS Meninggal, Pemilu 2019 Paling Tidak Efisien

Hal tersebut ditambah dengan kemungkinan adanya riwayat penyakit yang diderita para korban sehingga kondisi kesehatannya lebih cepat menurun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak