Sebagai waria dengan HIV positif, Anggur ikut aktif melakukan sosialisasi bahaya HIV/AIDS kepada pendatang baru di lokalisasi tempat mereka mangkal. Dia bahkan mengajak mereka untuk konseling hingga tes untuk memonitor dan proteksi diri.
"Cuman ya gitu, karena mungkin mereka masih baru, masih cantik, masih muda, ah aku baru turun kok. Jadi kebanyakan nggak mau. Belum siap saja kali," katanya.
Anggur pernah mencoba sesuai yang baru, seperti kursus menjahit, bikin tas bahkan dagang dengan kakak kandungnya. Namun, setelah dijalani, ia merasa panggilannya tidak di bisnis tersebut.
"Waktu 2003-2005 keluarga belum tahu ya, bahwa aku nongkrong di jalan segala macem. Ke sini-ke sininya aku tunjukkan bahwa hidupku, nadiku ada di tubuhku ini seperti ini. Aku nggak mau jadi boneka jiwa laki terperangkap dalam perempuan, jiwa perempuan terperangkap dalam laki dan kehidupan harus diatur seperti itu, aku nggak bisa. Dan kebetulan mereka nerima aku sampai saat ini," ungkapnya.
Baca Juga:Puger, Juru Parkir Telaten Rawat Anak yang Hidup Dengan HIV/Aids
Kontributor : Supriyadi