Cerita Guru Ngaji di Bandung, Ubah Sampah Menjadi Berkah

Nana dan warga di Kampung Bojong Melati kini bisa meraup rupiah dari tumpukan sampah tak berguna

Bangun Santoso
Kamis, 25 Juli 2019 | 11:55 WIB
Cerita Guru Ngaji di Bandung, Ubah Sampah Menjadi Berkah
Nana Mulyana, 42 tahun inisiator ekobrik di kampung Bojong Melati, Desa Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. (Suara.com/Aminudin)

SuaraJabar.id - Nana Mulyana (42) memperlihatkan sebuah foto tumpukan sampah dari gawai miliknya saat ditemui Suara.com di kediamannya, Kampung Bojong Malati, Kabupaten Bandung, Rabu (24/7/2019). Terlihat sampah dalam foto itu menumpuk di sebuah area dengan ketinggian mencapai 2 meter.

Foto itu ia abadikan sekitar empat tahun lalu. Tumpukan sampah itu berada di area lahan kosong yang bersebelahan dengan tempat pemakaman umum di Kampung Bojong Malati, Desa Rancaekek Kulon, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Nana yang sehari-hari bekerja sebagai guru ngaji itu mengaku resah dengan tumpukan sampah yang setiap harinya terus bertambah, bahkan sampah itu sudah mulai memasuki area pemakaman di sana.

"Itu sekitar tahun 2015, saya akhirnya memutuskan untuk membersihkan sampah itu bersama warga di sini. Awalnya guru ngaji saya, KH Ujang Fahyudin menyuruh saya agar sampah di sini harus bersih karena masyarakat sudah resah, ya saya tidak bisa menolak kalau sudah disuruh guru kan," kata Nana.

Baca Juga:Anies Target Peja Jalan Jakarta Bebas Sampah Plastik Rampung Agustus 2019

Nana pun bergegas menyelesaikan masalah tumpukan sampah itu. Awalnya, dia dan masyarakat sekitar berencana mengangkut sampah itu ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di daerah lain, tapi lokasi Desa Bojong Malati tidak dimasuki mobil truk yang berukuran jumbo untuk mengangkut sampah itu. Walhasil, dia pun berinisiatif untuk membakar sampah itu.

"Itu memang banyak sampahnya, kalau dikira-kira sekitar 50 truk. Nah kalau diangkut biaya bisa membengkak karena kan mobil truk nggak bisa masuk ke sini," jelasnya.

Nana membuat bangunan seluas 4x4 meter yang difungsikan sebagai tempat pembakaran sampah itu. Sampah yang menumpuk itu akhirnya habis dalam kurun waktu sekitar 3 bulan.

Abu sisa pembakaran sampah itu, dimanfaatkan Nana dan beberapa rekannya untuk dijadikan paving blok dengan cara dicampur semen lantas dibentuk menggunakan cetakan paving blok.

Kisah itu merupakan awal Nana terjun ke dunia persampahan. Perlahan, Nana mulai menyadari kalau penyelesaian masalah sampah itu tidak bisa hanya dengan kampanye mengajak agar masyarakat bisa tertib dalam membuang sampah, melainkan harus ada tindakan nyata dengan terjun langsung menangani masalah sampah hingga tak bersisa.

Baca Juga:Gaya Keren Menteri Susi Pakai Sepatu dari Sampah Plastik

Pengolahan Sampah Terpadu

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak