Nelayan Muara Gembong, Nur Ali berharap tumpahan minyak benar-benar hilang agar para nelayan bisa beraktivitas normal dan kembali mendapatkan ikan banyak.
"Semoga cepat hilang tumpahan minyak itu, biar ikannya banyak lagi. Terus ganti ruginya cepat dibayarkan juga ke kami," kata Ali.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alipbata, Sonaji mengatakan tumpahan minyak Pertamina itu mengancam 300.000 pohon mangrove (bakau).
"Lebih kurang 300 ribu pohon mangrove di hutan bakau pesisir pantai utara ikut terdampak tumpahan minyak Pertamina. Ini sangat merugikan kami," katanya.
Baca Juga:Anies Sebut Tumpahan Minyak Pertamina Buat Ikan di Keramba Nelayan Mati
Ia menjelaskan jumlah pohon mangrove tersebut didapat setelah pihaknya melakukan peninjauan dan pendataan langsung ke lokasi terdampak tumpahan minyak di antaranya Pantai Muara Bungin dan Pantai Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong.
Batang pohon, katanya, ditemukan dalam kondisi sobek, terkelupas, hingga melepuh terkena panas minyak sedangkan daun mangrove menjadi layu dan mengering. Karena saat malam hari air pasang sehingga daun mangrove seluruhnya terendam air laut yang telah terkontaminasi tumpahan minyak itu.
Akibat insiden itu objek wisata hutan mangrove Muaragembong yang biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan dalam sekejap berubah menjadi sepi pengunjung.
"Kami meminta kepada pihak berwenang terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini. Kami sedih karena kami ikut menanamnya juga dulu, karena sebagian pohon itu atau 59.597 di antaranya merupakan sumbangan CSR perusahaan dan sukrelawan selama empat tahun terakhir yang dipercayakan kepada kami," demikian Sonaji. (Antara)
Baca Juga:Tumpahan Minyak di Karawang, Ridwan Kamil Minta Pemda Kalkulasi Kerugian