Di Pijar, Ibnu dan kolega membuat divisi pemasaran prodik karya dari aktivitasnya dalam penempaan. Divisi itu diberi nama Saltigcraft. Melalui Saltig ini beberapa karya hasil bikinan pandai besi komunitas Pijar.
"Jadi tahun 2015 saat kita mulai merintis Pijar, kita memiliki ide bagaimana kalau ini dijadikan bidang usaha aja. Saltig namanya, nah si Saltig ini jadi sarana buat kita untuk berjualan dan mulai berjalan 2018," jelasnya.
Karya Ibnu dan kawan-kawan tidak melulu identik dengan senjata tajam semacam pisau dan yang lainnya. Lebih dari itu, Ibnu mengempu anggota Pijar untuk berkarya tidak hanya membuat pisau saja melainkan membuat aksesoris berbahan dasar logam, seperti gelang, cincin, kalung, kepala gesper hingga sparepart motor gede pun biasa ditempa kawan-kawan Pijar.
"Teknik root iron juga kita terapkan, blacksmithing art ada disana. Hasilnya ya kita bisa bikin gerbang, handle pintu wadah lilin ditempa, meja kursi ditempa dan yang lainnya," katanya.
Baca Juga:Gudang Amunisi yang Meledak Ternyata Berbatasan Langsung Dengan Permukiman
"Sederhananya, kita bikin gelang berbahan pamor yang biasanya kita aplikasikan ke kujang tapi sekarang beralih ke gelang," lanjutnya.
Namun, Ibnu tetap tidak ingin keluar dari usahanya mengenalkan kekayaan budaya Nusantara melalui karya-karya hasil tempaannya. Seperti pembuatan gelang yang selalu dipadukan dengan motif khazanah kebudayaan lokal. Salah satu gelang hasil karya Ibnu diberi nama gelang Sikerei yang tiada lain merupakan sebutan bagi kepala suku Shaman, Mentawai.
Gelang Sikerei memiliki motif tato khas Mentawai, dimana di seluruh bagian tengah punggung lingkaran gelang memiliki motif persambungan mata panah.
Tidak hanya itu, dalam mendesain sebuah pisau pun, biasanya Ibnu selalu membawa motif senjata tajam khas Nusantara salah satunya pisau bushcraft bikinan Ibnu yang mengadopsi dari parang suku Dayak Kalimantan, Mandau.
Bushcraft itu tampak sangat mirip dengan dengan mandau, hanya ukurannya saja yang lebih kecil karena peruntukannya sebagai pisau untuk mengiris bahan masakan juga memotong material keras seperti kayu dan yang lainnya.
Baca Juga:Sampai ke Dealer, Toyota Calya Facelift Dibanderol Mulai Rp 144 Juta
"Kalau rentang harga produk kami ini memang bervariasi dari mulai ada gelang yang harga Rp 500 ribu hingga Cincin Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Kalau pisau kita mulai dari Rp 1,5 juta sampai tak terhingga," kata Ibnu sambil berkelakar.
Disamping menjual produknya, Ibnu pun berusaha mengedukasi konsumen kalau buah tangan kawan-kawan Pijar tentu berbeda dengan produk pabrikan. Pijar menempuh jalur crafting.
Terkadang, kata dia, banyak orang yang tidak paham kenapa harga sebuah pisau bisa lebih mahal dari harga golok pabrikan padahal golok dari ukuran lebih jumbo.
"Ya makanya kita edukasi juga karena kan ketika disodorkan harga murah, ini handmade tapi kok harganya lebih murah dari pisau pabrik, kan lucu. Makanya kita edukasi juga karena penghargaan masyarakat kita masih murah terhadap craftman," tukasnya.
Dengan cara itu pula, Ibnu berusaha mengenalkan kembali khazanah kebudayaan Nusantara kepada anak muda sekarang melalui aktivitas menempa.
"Kita melihat generasi sekarang ini semakin jauh dari budayanya, bangsa seperti apa yang tidak mengakar terhadap budayanya. Kita tidak punya identitas kita tidak punya pride terhadap bangsa. Makanya kita ingin menempa jati diri anak-anak muda ini. Ini (menempa logam) hanya pintu masuk," ujarnya.