Enok mengungkapkan hingga kini masih trauma berawal dari adanya penggusuran tersebut. Bahkan ia mengaku susah tidur saat malam hari.
Yang paling membekas dan tak bisa dilupakan, menurutnya adalah ia dipaksa oleh petugas mengosongkan rumahnya. Yang mirisnya lagi, suaminya sampai dipukul dan ditonjok oleh aparat.
Akibat kejadian itu, saat melihat ada aparat melintas, Enok masih sering ketakutan dan kaget.
“Suka inget aja, jadi takut, kalo ada polisi juga jadi suka deg-degan,” katanya.
Baca Juga:Cerita Pilu Warga Tamansari Bandung Usai Digusur dan Keluarnya Fatwa MUI
Enok mengaku akan terus bertahan sampai mendapatkan haknya. Saat ini, sang suami bekerja sebagai tukang parkir di seputaran Masjid Al-Islam untuk mendapatkan penghasilan.
Pemulihan Psikis

Untuk mengembalikan psikologis korban penggusuran Tamansari itu, upaya pendampingan masih terus dilakukan oleh solidaritas Forum Juang Tamansari.
Salah satu Solidaritas Forum Juang Tamansari Bandung, Feru mengatakan, upaya trauma hiling masih terus dilakukan, beberapa warga sempat dibawa ke psikiater.
“Trauma hiling masih terus dilakukan, tidak hanya ke psikolog tapi juga kita antar psikiater karena terlihat tampak parah beberapa warga. Beberapa warga sempat sakit karena akumulai beban psikis, ditambah demam karena cuaca,” ujar Feru saat ditemui di Masjid Al-Islam, Sabtu (1/2/2020).
Baca Juga:Korban Gusuran Tamansari Bertahan di Masjid, Andalkan Bantuan dan Donasi
Usai penggusuran rumah di Tamansari, Pemkot Bandung hingga kini belum memberikan bantuan maupun upaya solusi terbaik.