MUI: Hari Valentine Budaya Barat, Banyak Negatifnya

"Jadi hari valentine itu kan budaya luar ya, budaya barat, yang dalam budaya baratnya itu banyak hal yang negatif,"

Bangun Santoso
Kamis, 13 Februari 2020 | 09:03 WIB
MUI: Hari Valentine Budaya Barat, Banyak Negatifnya
Ilustrasi hadiah hari valentine. (Facebook/Darwin Cabug)

SuaraJabar.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menganjurkan masyarakat tidak ikut merayakan hari valentine yang biasa jatuh setiap tanggal 14 Februari. Ia menilai, budaya valentine lebih banyak negatifnya dibandingkan positif.

"Jadi hari valentine itu kan budaya luar ya, budaya barat, yang dalam budaya baratnya itu banyak hal yang negatif," ujar Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar, sebagaimana dilansir Ayobandung (jaringan Suara.com), Rabu (12/2/2020).

Menurut Rafani, hari valentine kerap diidentikan dengan hari kasih sayang, namun banyak diekspresikan dengan hal-hal yang bertentangan nilai-nilai ketimuran dan agama.

Terlebih, kata dia, Indonesia ini merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi norma agama, dan norma kesusilaan. Menurutnya hari valentine bertentangan norma-norma tersebut.

Baca Juga:Viral Surat Disdik Bandung Larang Sekolah dan Murid Rayakan Valentine

"Diekspresikan dengan interaksi yang banyak dilarang oleh agama. Sehingga seperti terjadi pacaran bebas, dengan dalih mengekspresikan rasa cinta," katanya.

"Terutama kepada anak-anak muda, tidak usah meniru budaya barat yang memang isinya itu sangat bertentangan. Kan bisa merusak moral," sambung Rafani.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk dapat memfilter budaya barat, jangan asal diikuti. Namun demikian, dia mengaku tidak anti barat, tetapi masyarakat harus lebih bijak mencermatinya.

"Kita tidak anti budaya barat, kalau budaya barat yang positif, seperti kerja keras, tekun belajar, disiplin, itu yang patut ditiru, bukan pergaulan bebasnya," katanya.

Baca Juga:Viral Surat Disdik Bekasi Larang Siswa-siswi Sekolah Rayakan Hari Valentine

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini