Sang dokter mengatakan, teknologi untuk mengecek Covid-19 hanya dimiliki Puslitbang Pusat di Jakarta. Oleh karena itu, jika ingin mengecek Covid-19, RSHS harus mengambil sampel dan mengirimkannya ke Puslitbang Pusat.
Adapun pasien yang benar-benar akan diperiksa Covid-19 oleh RSHS adalah mereka yang kondisinya sudah parah, yakni sudah tidak bisa berjalan dan harus diangkut menggunakan ambulans.
Itu pun, RSHS tetap harus mengirimkan sampel ke Puslitbang Pusat dan menunggu hasilnya 2 sampai 5 hari kemudian.
Dari pernyataan dokter tersebut, BD merasa dibodohi oleh pemerintah yang selama ini menyatakan RSHS mampu menangani pasien corona.
Baca Juga:Usai Bertemu Menteri Belanda, Wagub Emil Lakukan Tes Corona, Ini Hasilnya
"Kalau di media kan pemerintah bilang cek corona itu gratis. Nyatanya semalem ada pasien yang harus bayar Rp 205.000 ditambah Rp 45.000. Mungkin yang dimaksud gratis itu yang kaya aku. Soalnya aku kan cuma ngobrol dan konsultasi doang sama dokter," ujar BD.
Tak puas dengan pelayanan RSHS, BD memutuskan pulang ke rumah dan memeriksakan diri ke rumah sakit lain keesokan harinya. Beruntung setelah diperiksa rumah sakit lain, BD memang dinyatakan hanya mengalami flu biasa. Namun, dia mengaku kecewa dan kapok untuk memeriksakan diri ke RSHS.
"Kalau nanti mau cek corona aku lebih baik pergi ke Jakarta, ke RSPAD Gatot Subroto. Katanya di sana beneran bisa meriksa corona walaupun harus bayar Rp 770.000," ucap BD.