Kisah Janda Bandung, Terpuruk Miskin karena Corona Akhirnya Jadi PSK

Menyinggung soal bantuan sosial dari pemerintah, yang saat ini tengah digadang-gadangkan, ia mengaku tidak dapat bantuan tersebut.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 27 April 2020 | 14:14 WIB
Kisah Janda Bandung, Terpuruk Miskin karena Corona Akhirnya Jadi PSK

SuaraJabar.id - Seorang janda dengan 2 anak dipecat karena wabah virus corona. Perusahaannya tak kuat membayar gaji karyawan.

ia hanya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik garmen, di kawasan Holis, Kota Bandung.

Semenjak wabah corona merebak, dirinya harus diberhentikan perusahaan. Alasannya, karena pabrik harus berhenti beroperasi, semenjak pemerintah gencar untuk meminta work from home atau bekerja di rumah.

Berstatus sebagai pegawai kontrak sejak 2009, perempuan asal Kota Cimahi, yang lahir pada 1985 ini, tidak mendapat apa-apa dari perusahaan tersebut.

Baca Juga:Sambut Bulan Ramadan, Laudya Cynthia Bella Bicara Soal Menata Hati

Hanya gaji terakhir yang ia dapatkan, itupun tidak mencapai upah minimum kabupaten atau kota, tempat ia bekerja.

"Status kontrak, jadi udah pas di putus kerja, enggak dapat apa-apa selain gaji," katanya.

SuaraJabar.id menemui perempuan yang enggan disebutkan namanya itu di sebuah apartemen di Kota Cimahi, tempat ia bekerja.

Di apartemen itu, ia tidak bekerja sebagai staf atau manajemen. Melainkan, ia menjajakan dirinya kepada setiap pria hidung belang, yang didapat dari aplikasi ponsel pintar berbasis internet.

Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB sore. Rani (nama samarannya), langsung bersiap untuk ke tempat kerjanya yang baru.

Baca Juga:Dokter: Bola dan Lapangan Perlu Disterilkan saat Musim Dilanjut

Berangkat dari rumah, ia hanya berbekal lipstik dan beberapa peralatan make up lainnya. Penampilannya tidak mencolok.

Namun, sesampainya di tempat kerjanya yang baru, wanita itu langsung bersolek sambil menunggu adanya instruksi dari seseorang untuk melayani tamu.

Memiliki tubuh yang cukup gempal, dengan tinggi tak lebih dari 160 sentimeter, wanita berambut pirang itu mengaku baru menjajal dunia tersebut. Ia diajak oleh rekannya, yang dulu ia pernah kenal saat masih bekerja di pabrik garmen.

"Baru semingguan lah. Semenjak corona weh, jadi harus gini," ucap dia.

Kesehariannya, ia menjadi single parent bagi kedua anaknya. Semenjak bercerai tiga tahun lalu, ia menghidupi anaknya yang duduk di bangku SMA kelas XII serta satu anak lainnya di TK.

Kisah percintaannya cukup pelik. Beberapa kali, ia mengaku diselingkuhi, oleh mantan suaminya itu.

Karena tak tahan, ia memilih untuk mengakhiri kisa cintanya yang ia nikahi sejak berumur 16 tahun. "Uang cerai juga saya yang ngurus, udah engak tahan saja," kata dia.

Tak hanya menghidupi kedua anaknya, semenjak bercerai dengan suaminya ia tinggal bersama orang tuanya. Dengan kata lain, ia harus menghidupi orang tuanya itu.

Dalam kerjaannya yang baru ini, ia mulai berangkat sore hari setelah pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, hingga membantu mengerjakan pekerjaan sekolah anak-anaknya. Selepas itu, ia langsung berangkat dengan alasan, kerja sif malam.

"Yah paling pukul 21.00 WIB atau pukul 22.00 WIB baru pulang," tutur dia.

Bukannya tak ingin mencari pekerjaan lain. Dirinya mengungkapkan, di situasi seperti saat ini, pekerjaan yang mudah dan cepat menghasilkan uang hanya dengan cara seperti ini.

Berkedok dengan menjajakan pelayanan pijat, setiap tamu yang ia layani, kerap di tawarkan untuk menjajal tubuh wanita itu.

Untuk berhubungan badan, ia memasang tarif Rp 500 ribu, untuk satu kali main. Jika ada tamu yang menginginkan lebih dari pelayanan, ia cukup senang. Karena ada uang lebih yang bakal ia terima.

"Kalau pijit kan ke teteh Rp 150 ribu buat bayar tempat. Kalau begitu (berhubungan badan) tetap Rp 150 ribu masuk ke muncikari, tapi selebihnya aku sakuin," katanya.

Rp 150 ribu yang disetorkan kepada muncikarinya itu, lanjut dia, dipergunakan untuk membayar sewa tempat apartement seharga 5 juta perbulannya. Ia mengaku, meski baru dirinya audah memiliki beberapa pelanggan tetap.

"Yah bersihnya ini yah, sehari bisa ngantongin Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu, itu juga kalau ramai. Paling sehari dua paling banyak tiga tamu," sambung dia.

Menyinggung soal bantuan sosial dari pemerintah, yang saat ini tengah digadang-gadangkan, ia mengaku tidak dapat bantuan tersebut.

Pengurus warga tempat ia tinggal, katanya lebih mementingan kerabat dan keluarganya sendiri dari pada warganya.

"Rw nya weh itu, mentingin saudaranya weh dari pada warga. Dianggapnya mungkin saya masih bisa kerja," katanya.

Bukan tidak mau, ia pasti berhenti untuk berkeja seperti ini. Namun untuk saat ini, hanya pekerjaan ini yang dapat diandalkannya. Apalagi, anak sulungnya berencana ingin kuliah.

Mau tidak mau, dirinya harus memutar otak untuk terus mendapatkan uang, agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan menabung untuk anaknya berkuliah.

"Yah setiap hari mah saya berdoa, supaya bisa dapat kerjaan baru dan dapat rezeki lebih, amin."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini