Mengenal Kreuz, Kereta Angin Kreasi Anak Bangsa Rasa Brompton

Titik awal produksi sepeda dengan merek sendiri itu, dimulai saat dua owner Kreuz, Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), mengikuti Indonesia Cycling Festival (ICF).

Chandra Iswinarno
Kamis, 02 Juli 2020 | 15:44 WIB
Mengenal Kreuz, Kereta Angin Kreasi Anak Bangsa Rasa Brompton
Sepeda Kreuz buatan Bandung. [Suara.com/Emi La Palau]

SuaraJabar.id - Angin sepoi-sepoi saat panas sinar matahari menyengat kulit, seakan mengalirkan energi semangat pengunjung dan staf pekerja di rumah produksi Kreuz di kawasan Cikutra, Kota Bandung.

Dari bilik berukuran lebar sekira 2,5 meter dengan panjang mencapai 3 meter inilah sepeda lipat (seli) merek Kreuz diproduksi untuk memenuhi pesanan warga dari berbagai daerah di Indonesia yang kini sedang keranjingan bergowes ria.

Yap, akhir-akhir ini memang animo masyarakat terhadap seli besutan perajin lokal memang cukup tinggi, lantaran kualitasnya yang tak kalah bersaing dengan merek elit macam Brompton.

Kreuz merupakan salah satu brand lokal karya anak Bandung yang awal pendiriannya bukan dikhususkan untuk memroduksi sepeda, melainkan membuat perlengkapan sepeda seperti tas pannier dan touring yang mulai diproduksi pada awal 2018 silam.

Baca Juga:5 Sepeda Lipat Termahal di Dunia, Ada yang Seharga Toyota Agya Terbaru

Titik awal produksi sepeda dengan merek sendiri itu, dimulai saat dua owner Kreuz, Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), mengikuti Indonesia Cycling Festival (ICF) di Senayan, Jakarta pada Oktober 2019 silam.

Kala itu, peserta even menampilkan display produk menggunakan Brompton untuk menarik peminat. Dari situlah, akhirnya Yudi dan Jujun juga tertarik menampilkan hal yang sama. Namun bedanya, mereka tidak ingin membeli sepeda asli merek Brompton, tetapi langsung membuatnya sendiri.

“Stan-stan itu banyak (menggunakan) sepeda Brompton yang dipakai untuk display produk mereka. Jujun bilang ke saya, 'Kang, kita suatu saat harus punya (Brompton) untuk display, minimal gengsi kita terangkat.' Saya bilang, 'Nggak mau kalau saya harus beli. Kita harus buat, bagaimana caranya,' saya bilang. 'Bisa nggak kamu (Jujun) buat?' Katanya (dijawab bisa. Ya sudah, saya bilang bikin,” kata Yudi mengingat masa awal membangun sepeda karya sendiri.

Saat ditemui Suara.com di rumah produksinya, beberapa waktu lalu, baik Yudi dan Jujun mengakui tidak memiliki pengalaman membuat sepeda. Namun, keduanya telah lama menyukai sepeda dan berusaha untuk mempelajari dari segi geometris serta detil lainnya untuk pembuatan kendaraan ramah lingkungan tersebut.

“Kita semua hobi. Saya sama Jujun hobi sepeda, jadi ngerti. Jadi kita belajar dari segi geometrisnya dari detil-detil sepeda kita pelajarin. Dari hobi sepeda,” kata Yudi.

Baca Juga:Ragam Sepeda Lipat Termahal di Dunia, Ada yang Dibanderol Rp 145 Juta

Hanya bermodal keberanian dan kecintaan terhadap sepeda, akhirnya Jujun mulai membuat sepeda Kreuz pertama pada Desember 2019 dan diselesaikan selama sebulan.

Akhir Januari 2020 menjadi momen beresejarah bagi Yudi dan Jujun, sepeda Kreuz hasil produksinya sendiri, kali pertama berhasil dibuat walau masih banyak kekuarangan. Meski begitu, Yudi dan Jujun sudah cukup puas untuk menampilkan dan mempromosikan produk tas mereka yang baru pada Februari 2020 ke berbagai daerah, mulai Cirebon, Surabaya, Yogyakarta hingga Solo.

Owner sepeda Kreuz Jujun Junaedi dan Yudi Yudiantara. [Suara.com/Emi]
Owner sepeda brand local Kreuz, Jujun Junaedi (kiri) dan Yudi Yudiantara (kanan). [Suara.com/Emi]

Selama promosi itulah, justru mereka mendapat suntikan semangat, lantaran banyak masyarakat yang justru tertarik dengan sepeda hasil produksi perdana Yudi dan Jujun. Bahkan, peristiwa menarik terjadi ketika launching tas sepeda karya mereka dilakukan di Solo. Kala itu, Jujun dan Yudi mendapat sambutan antusias oleh komunitas pesepeda di Solo.

Jujun mengingat, saat itu, komunitas pesepeda malah kepincut dengan sepeda buatan mereka dibandingkan tas baru yang diluncurkan. Alhasil, mereka malah banyak mendapat permintaan untuk membuat sepeda.

“Yang dapat respon luar biasa itu bukan produk tasnya, tapi sepedanya, dari tiap kota ke kota. Termasuk banyak yang request minta juga dibikinin. Apalagi waktu di Solo, saya sama Kang Yudi terkejut kita dibuatin acara kayak meet and great sampai nyewa kafe sama orang sana. Kita kayak lagi talkshow, mengundang banyak orang,” ungkap Jujun.

Mendapat dorongan semangat positif dan antusias yang begitu besar, Jujun pun bertekad untuk menghargai dan membuktikannya dengan karya. Akhirnya setelah kembali ke Bandung dari keliling beberapa kota tersebut, mereka mulai mantap untuk memproduksi sepeda Kreuz.

“Dari sana, saya bilang ke Kang Yudi, 'Positif ini, ya sudah kita produksi saja.' Kasihan orang-orang yang mau, yang support kita kasihan jauh-jauh sampai ngadain acara sebesar itu, kalau tanpa dihargai dengan karya kasihan,” kata Jujun.

Jujun menceritakan, awal mula produksi sepeda Kreuz dilakukannya sendiri di rumah, tanpa ada karyawan. Bahkan pesanan sepeda terus diterima Jujun dan Yudi. Sebelum diliput berbagai media massa, pesanan yang menunggu sudah sampai Januari 2021. Pun kemudian pesanan kembali membludak setelah banyak media massa memberitakan sepeda Brompton ala Bandung tersebut.

Setelah sempat disetop sementara, pemesanan masih terus diterima. Hingga kini, saat Suara.com menyambangi Rumah Produksi Kreuz, jumlah pesanan terus bertambah hingga April 2022 dan terus bertambah.

Jujun mengaku kewalahan untuk mengerjakan pemesanan sepeda buah karya mereka yang diberi merek Kreuz itu. Alhasil, Jujun pun harus bekerja mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB dini hari untuk menyelesaikan satu sepeda.

Lantaran itu, waktu istirahat pun terpangkas. Dengan kondisi itu, ia harus terbiasa untuk beristirahat hanya tiga samapi empat jam dalam sehari untuk mengejar target pembuatan sepeda.

Kondisi tersebut pun juga memiliki konseskuensi lain. Akihrnya, Jujun dan Yudi memutuskan mencari tempat produksi baru yang lebih lega dan juga mulai merekrut karyawan untuk membantu produksi sepeda untuk mengejar target dan efisiensi waktu. Kini, jumlah karyawan yang mengerjakan Sepeda Kreuz bertambah empat orang, ditambah dengan Yudi dan Jujun, total menjadi enam orang.

“Mesin masih seadanya, ini penunjang kebutuhan mesinnya sudah lebih komplit. Alhamdulillah teman-teman banyak yang support, banyak yang mendukung, dalam produksi, dan akhirnya nambah karyawan juga,” kata Jujun.

Kontributor : Emi La Palau

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini