Sementara untuk siswa kelas delapan dan sembilan proses pembelajarannya juga masih secara daring. Sejauh ini, pihak sekolah juga telah memberikan kesempatan orang tua murid untuk melakukan jejak pendapat.
Jejak pendapat itu adalah dengan melakukan presentase kepada orang tua. Hasilnya, 61 persen orang tua menyetujui belajar tatap muka, sisanya absen dari jejak pendapat dan tidak menyetujui.
Meski hasil jejak pendapat itu menujukan hasil 61 persen orang tua setuju belajar tatap muka. Namun, pihak sekolah harus melakukan penyesuaian.
“Kita juga kan merujuk SKB 4 menteri. Di mana baru tingkat SMA/SLTA sederajat yang baru boleh menerapakan KBM tatap muka. Tetapi ke depan dari jejak pendapat itu bisa kita sesuaikan, misalnya ada belajar dengan proses daring, luar daring (tatap muka) dan ada jiga nanti kemungkinan kita kombinasi,” ujar Samsu.
Baca Juga:Senin Besok 4 Sekolah di Kota Bekasi Dibuka, Ini Daftarnya!
Pesan Anggota DPR RI
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian meminta agar para guru tidak membebani murid dan wali murid dengan memberikan target kompetensi layaknya kondisi belajar saat normal.
Menurut Hetifah, masa pandemi Covid-19 membuat kondisi pembelajaran di sekolah tidak bisa disamakan dengan masa sebelumnya. Untuk itu, dalam penerapan kompetensi dasar siswa, tidak semuanya perlu dikejar.
"Guru sebaiknya dapat memilah-milah mana kompetensi yang benar-benar harus dicapai siswa, mana yang bisa dikesampingkan dahulu. Sebaiknya tidak membebani siswa dan orang tua dengan target-target yang terlalu sulit dicapai dengan pembelajaran jarak jauh," kata Hetifah kepada wartawan, Senin (13/7/2020).
Ia mengatakan, selama pembelajara jarak jauh (PJJ), peran orang tua untuk mendampingi anak sekolah melalui daring sangat sentral. Karena itu seharusnya komunikasi antara guru tidak hanya dilakukan kepada murid, melainkan juga dengan para orang tua atau wali murid.
Baca Juga:Senin Besok, PNS di Kabupaten Bekasi Apel Perdana di Lapangan
"Komunikasi antar guru dan orangtua harus ditingkatkan, agar guru dapat mengerti bagaimana keadaan orangtua di rumah. Karena keadaan setiap keluarga berbeda-beda, maka tidak bisa disamaratakan. Bisa ada kebijakan-kebijakan khusus dari sekolah bagi keluarga-keluarga yang memang membutuhkan," kata Hetifah.