Hindari Razia, Open BO di Tasikmalaya Tak Lagi Mangkal di Jalan

Beberapa waktu lalu, warga diramaikan dengan adanya PSK di Jalan Mayor Utarya yang jaraknya tidak begitu jauh dari Masjid Agung Kota Tasikmalaya.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 25 Maret 2021 | 15:07 WIB
Hindari Razia, Open BO di Tasikmalaya Tak Lagi Mangkal di Jalan
ILUSTRASI penangkapan PSK. [dok polisi]

SuaraJabar.id - Hindari razia Satpol PP, pekerja seks komersial (PSK) di Kota Tasikmalaya mulai meninggalkan jalanan sebagai tempat menawarkan jasa kencan singkat. Kini banyak dari mereka menjajakan diri di aplikasi kencan MiChat.

Tasikmalaya sendiri dikenal dengan julukan "Kota Santri". Banyak penduduknya yang alergi dengan keberadaan PSK yang mangkal di pinggir jalan.

Beberapa waktu lalu, warga Kota Tasikmalaya diramaikan dengan adanya PSK di Jalan Mayor Utarya yang jaraknya tidak begitu jauh dari Masjid Agung Kota Tasikmalaya.

Razia pun gencar dilakukan aparat penegak hukum untuk merespon keluhan warga tersebut.

Baca Juga:Ambulans Mogok Terjebak Banjir di Sukaresik, Vaksin COVID-19 Ditenteng

Hilang dari jalanan, bukan berarti masalah prostitusi di Kota Santri selesai. Banyak PSK yang dulu mangkal di pinggir jalan, seperti di Jalan Mayor Utarya, pindah ke aplikasi MiChat.90-

Dari pantauan Ayotasik.com-jejaring Suara.com, sejumlah perempuan di Tasikmalaya kini menawarkan diri secara terang-terangan kepada pria hidung belang di fitur nearbi MiChat. Dengan menuliskan status “Open BO”, sejumlah wanita itu bahkan memasang foto dengan cukup seksi.

Benar saja, saat mencoba komunikasi dengan salah satu perempuan yang ada di aplikasi tersebut dan tanpa basa basi, sang perempuan langsung memasang tarif untuk jasanya sebesar Rp 500 ribu.

Besaran biaya itu, sudah termasuk biaya hotel yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya.

“Itu untuk short time, Om. Kalau long time beda lagi harga,” kata perempuan yang biasa dipanggil Ica (30) tersebut, Kamis (25/3/2021).

Baca Juga:Terciduk Warga, Pelaku Pembobolan ATM Kabur Loncat ke Sungai

Selain hotel, para perempuan yang menawarkan jasa kenikmatan itu pun memanfaatkan indekos di wilayah Singaparna dan Kota Tasikmalaya. Hal itu dinilai lebih aman karena kecil kemungkinan adanya penggerebegan atau razia oleh Satpol PP.

“Kalau aku biasa di kos, Om. Sok kalau Om serius, ke sini aja,” tambah Ica.

Sementara itu, Ketua KNPI Kecamatan Singaparna Zamzam J. Maarif menuturkan, menjamurnya prostitusi melalui aplikasi chatting ini dampak dari banyaknya tempat-tempat mangkal para penjaja kenikmatan dirazia petugas Satpol PP.

“Karena mungkin dinilai lebih aman dan nyaman, daripada mangkal di satu tempat terlalu riskan terkena razia. Ini juga harus menjadi perhatian pemerintah, menutup aplikasi chatting yang suka dipakai untuk hal negatif, “ ujar Zamzam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak