Innalilllahi, 7 Ulama Nahdlatul Ulama Meninggal dalam Satu Hari

Mayoritas wafat karena terpapar COVID-19 dan lainnya mengalami sakit namun tidak sempat mendapat perawatan medis secara maksimal karena RS kewalahan menangani pasien COVID-19.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 04 Juli 2021 | 11:42 WIB
Innalilllahi, 7 Ulama Nahdlatul Ulama Meninggal dalam Satu Hari
Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid. [Suara.com/Stephanus Aranditio]

Kemudian kepada para muda-mudi dengan mobilitas tinggi, Alissa berpesan agar mereka tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.

"Karena yang muda apalagi sudah vaksin, ketika terpapar virus Corona ini memang aman. Tapi, kita bisa menularkan kepada yang sepuh-sepuh. Daya tahan mereka tidak kuat, begitu. Saya masih mengasumsikan ya, tapi dari awal itu banyak para yai sepuh ini memang tidak tindak-an (tidak bepergian). Berarti kan ada yang bepergian di sekitarnya, ketularan dari itu," bebernya.

Ia juga berharap pemerintah terutama pemerintah kabupaten bersedia untuk membantu pesantren, pondok-pondok, para yai, para nyai, para gus ini untuk lebih memahami tingkat kegentingan situasi pandemi saat ini. Terutama bagi edukasi warga Nahdliyin di level pedesaan.

Alissa menambahkan, pemerintah lokal sangat berperan dalam upaya sosialisasi tersebut. Ia menyontohkan bagaimana mantan Kapolda Jatim Fadil Imran pada tahun lalu turun langsung ke pesantren-pesantren dan Kapolres di tiap wilayah diminta untuk bergerak massif melakukan sosialisasi.

Baca Juga:Dr Tirta Bongkar Rahasia Warga Baduy Tak Pernah Positif Covid-19

Bahkan, Alissa menginginkan tiga lembaga negara vertikal yakni Polri, TNI dan Kementerian Agama mengambil peran.

"Tidak harus menyelami proses di lokasi yang lebih panjang. Kalau dalam hal ini Kemenag kenapa? Karena Kemenag ini yang mengurusi para tokoh agama," tandasnya.

Menukil Gus Mus : Bedakan Qada dan Qadar
Pemikiran perlu diubah. Alissa melihat masih banyak kalangan pesantren karena relatif memiliki tingkat keikhlasan tinggi sehingga tidak bisa membedakan antara qada dan qadar. Demikian Alissa mengutip pernyataan Gus Mus.

"Kalau istilah Gus Mus itu ya jadi cara pandang ini lho. Cara pandang terhadap pandemi sendiri dan terhadap takdir. Bahwa takdir itu, ya kalau kita sudah berupaya. Tapi kalau kita tidak berupaya, ya itu belum takdir. Nanti itu yang disampaikan Gus Mus ya," ungkapnya.

Ia melihat masih banyak orang pasrah menunggu takdir.

Baca Juga:Profil Jane Shalimar yang Meninggal Dunia Saat Berjuang Melawan Covid-19

"Ini kan masih banyak itu orang-orang yang ya sudahlah takdirnya, kalau nanti meninggalnya dalam wabah, kan nggak bisa begitu, nggak bisa pakai sudahlah," ujar Alissa yang psikolog ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini