SuaraJabar.id - Bisnis pariwisata dan sektor penunjangnya menjadi salah satu bisnis yang terdampak pandemi COVID-19.
Terutama akibat sejumlah pembatasan di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat Level 4.
Objek wisata ditutup sementara sehingga membuat sektor bisnis yang bertautan dengan objek wisata seperti kuliner dan penjualan oleh-oleh ikut terdampak meski masih boleh beroperasi.
Seperti yang terjadi di kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Omzet pengusaha kuliner dan oleh-oleh turun drastis.
Baca Juga:Satpol PP Kota Jogja Tindak Ribuan Pelanggaran Selama PPKM Darurat dan PPKM Level 4
Ini dikarenakan selama ini mereka mengandalkan pembeli dari wisatawan yang datang berkunjung ke sejumlah objek wisata di sekitaran Lembang. Dengan ditutupnya objek wisata selama PPKM Level 4, penghasilan mereka pun melorot karena tak ada wisatawan yang datang.
"Selama PPKM ini turunnya sampai 70 persen. Dari biasanya bisa menjual 100 pack, sekarang paling hanya 30 pack. Kalau hari biasa paling banyak hanya 15 pack," terang Supervisor Tahu Susu Lembang, Dhine Herna kepada Suara.com, Sabtu (31/7/2021).
Menurut Dhine, kondisi dalam sebulan terakhir penerapan PPKM Darurat hingga Level 4 yang akan diterapkan hingga 2 Agustus mendatang lebih parah dibandingkan dengan saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Kalau bisa dibilang lebih baik, tentu terasa di PSBB lebih baik daripada PPKM sekarang. Kalau yang PPKM ini ampun, sepi banget," kata dia.
Sela penerapan PPKM Darurat hingga Level 4 ini, ungkap dia, konsumen yang masih datang membeli produk olahan di sentra oleh-oleh Tahu Susu Lembang kebanyakan berasal dari daerah Bandung Raya.
Baca Juga:Pelaku Wisata Gunungkidul Kibarkan Bendera Putih, Terpaksa Jual Mobil dan Motor Demi Hidup
Beruntung penjualan agak terdongkrak dengan adanya drive thru tahu susu lembang yang dijualnya.
"Ada beberapa yang dari luar Bandung Raya tapi kan belinya juga enggak banyak seperti biasanya. Untuk di drive thru agak lumayan, tapi belum normal seperti sebelumnya," terang Dhine.
Untuk menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan, pihaknya menyiasatinya dengan merumahkan pegawai lalu melakukan efisiensi dengan memanfaatkan pegawai yang bekerja.
"Di sentra Tahu Susu Lembangnya saja hanya 10 yang kerja, jadi semua hanya cashier tapi merangkap jualan sekaligus packing. Ada juga admin kita yang jadi kurir, intinya sih efisiensi semuanya double job," pungkaa Dhine.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki