Penasaran dengan Cerita Mistis Tol Cipularang, Pria Ini Nekat Semedi di Gunung Hejo

Ia menemukan beberapa kejadian tak masuk nalar ketika semedi di Gunung Hejo, Purwakarta.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 16 September 2021 | 20:29 WIB
Penasaran dengan Cerita Mistis Tol Cipularang, Pria Ini Nekat Semedi di Gunung Hejo
Petilasan atau makam keramat yang ada di Gunung Hejo, Darangdan, Kabupaten Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Gunung Hejo di Darangdan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah mengemuka akan halal mistis dan mitosnya. Kesan itu kian kental seiring kerap terjadinya kecelakaan di Tol Cipularang KM 96-97.

Kecelakaan di ruas jalan bebas hambatan itu kerap dikaitkan dengan Gunung Hejo yang tepat berada di sampingnya. Di puncak Gunung Hejo, terdapat petilasan atau makam keramat Prabu Siliwangi yang disebut kerap dijadikan tempat pesugihan.

Mitos dan kesan mistis itupun mengundang penasaran Supriadi (35), warga Kampung Cikondang, Desa Mekarsari, Kecamatan, Kabupaten Purwakarta. Ia mendatangi makam keramat tersebut tahun 2008.

Bukan hanya sekedar mendatangi, ia menginap di Gunung Hejo selama tiga malam pada pertengahan tahun 2008. Tepatnya malam Jumat, Sabtu dan Minggu tanpa membawa makanan sama sekali.

Baca Juga:Misteri Nyai Sinden Neng Syarifah di Balik Angkernya Tanjakan Gentong

"Motivasinya penasaran. Sebenarnya di tempat tersebut itu seperti apa, ada apa hingga banyak cerita yang selalu dikait-kaitkan dengan hal gaib hingga mistis," kata Supriadi kepada Suara.com belum lama ini.

KM 96-97 Tol Cipularang. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
KM 96-97 Tol Cipularang. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Berangkat dari rasa penasaran itu, Supriadi pun terlebih dahulu menemui kuncen Gunung Hejo, Mustopa bin Ija Banten alias Abah Kecrik (97) di Kampung Cijurey, RT 14/05, Desa Gunung Hejo, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.

Ia berangkat pada Kamis siang, mengingat jarak dari rumahnya ke Gunung Hejo butuh perjuangan ekstra. Surpriadi pun meminta izin kepada kuncen tersebut untuk melakukan semedi atau mati geni selama tiga hari tiga malam.

"Saya melakukan ziarah/bersemedi dan berpuasa selama 3 hari 3 malam atau disebut mati geni," ucap pria yang kerap disapa Ues itu.

Kemudian sekitar pukul 15.30 WIB, Supriadi pun hendak mendaki Gunung Hejo yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari kediaman Abah Kecrik. Namun ketika hendak melangkahkan kakinya, hujan besar pun turun.

Baca Juga:Terbaru 2021, 10 Tempat Wisata di Purwakarta Hits yang Asri nan Instagramable

Namun sebelumnya ia sudah mendapat pesan dari juru kunci bahwa jika sudah memiliki komitmen untuk mengunjungi petilasan Prabu Siliwangi halangan dan rintangan apapun harus dilalui. Supriadi pun melanjutkan perjalanan.

Ia mendaki Gunung Hejo hanya berbekal air bersih 2 jerigen yang digunakan untuk wudhu. Sementara perbekalan lainnya seperti makanan berat sama sekali tak dibawanya, sebab ketika melakukan semacam semedi di tempat tersebut diharuskan untuk berpuasa.

Abah Kecrik, kuncen Gunung Hejo di Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]
Abah Kecrik, kuncen Gunung Hejo di Purwakarta. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Sebelum margib, Supriadi tiba di petilasan dalam kondisi basah kuyup. Badannya menggigil kedinginan sebab sepanjang perjalanan diguyur hujan lebat. Ia pun membakar sesajen segala macam.

Kemudian ia melakukan aktivitas ibadah yakni zikir. Dari sana hal aneh dan sulit dipercaya secara logika pun mulai dialaminya. Sekitar pukul 11.00 WIB malam Jumat, Supriadi baru tersadar ia berangkat ke Gunung Hejo dalam keadaan Bayah kuyup.

"Saya baru sadar pas dipegang bajunya itu kering semua. Kan gak masuk akal petilasan di alam terbuka di hutan. Saya megang tanah basah semua. Berarti benar hujan tadi bukan ilusi. Tapi aneh saya gak tersentuh hujan pas di atas," ungkap Supriadi.

Kemudian sekitar pukul 02.00 WIB dinihari kalau itu, ditengah aktivitas zikir ia merasa ada banyak orang yang memperhatikannya. Setelah membuka mata, Supriadi melihat di sekelilingnya ada sejumlah sosok berpakaian seperti syeikh.

"Saya seperti didoakan. Mungkin penghuni atau leluhur. Setelah itu saya biarkan sendiri. Kalau penampakan seperti kuntilanak mah banyak. Cuma saya dikuatkan diam tiga hari tiga malam. Kalau takut ya takut," ujarnya.

Hari ketiga, atau hari Minggu yang merupakan hari terakhirnya berada di Gunung Hejo, Supriadi melihat sosok nenek-nenek yang tengah menyapu dekat petilasan Prabu Siliwangi. Ia melihatnya saat subuh.

Namun ketika hendak bertanya, ia ingat pesan Abah Kecrik bahwa ketika ada sosok apapun yang terlihat jangan sampai bertanya. Supriadi pun hanya manggut-manggut dan tersenyum kepada sosok nenek tersebut.

"Saya dapat info kata yang pernah ke Gunung Hejo kalau maksud diterima sama leluhur atau penghuni biasanya diterima sosok berbentuk nenek-nenek atau bentuk manusia lainnya.

Lalu Minggu siang kala itu Supriadi pun pulang dengan perasaan yang lega sebab rasa penasarannya akan hal mistis dan mitos Gunung Hejo sudah terbayarkan. Meskipun dirinya masih bertanya-tanya akan hal aneh yang dijumpainya di Gunung Hejo.

"Waktu saya berangkat juga menang pas ada banyak masalah. Jadi di sana sambil ikhtiar mudah-mudahan niat ziarah ke petilasan Prabu Siliwingi yang notabone leleuhur urang Sunda bisa mendapat berkah," pungkasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini