Lianda menerangkan, migrasi elang ini adalah peristiwa yang erat kaitannya dengan lingkungan dan ekosistem. Setidaknya, kata Lianda, terdapat dua alasan mengapa elang-elang itu bermigrasi. Pertama, lantaran pergantian musim, bahwa di tempat asalnya tengah terjadi musim dingin.
Sementara, yang kedua, diperkirakan atas kebutuhan makanan. Lianda mengatakan, kawanan elang bermigrasi untuk mencari sumber makanan yang lebih cukup.
Pada gilirannya, hubungan antara migrasi elang dan lingkungan menjadi timbal balik. Migrasi elang dipengaruhi kondisi lingkungan. Sebaliknya, kehadiran elang-elang di suatu kawasan akan berdampak pada kondisi ekosistem.
"Misalnya, pada 1997 ada kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera. Tahun itu tidak ada elang yang lewat di Tahura. Lalu di sisi lain, di Jawa Timur terjadi peningkatan populasi tikus dan belalang. Tapi di Vietnam sebaliknya, terjadi penurunan hama yang cukup besar. Kenapa? Karena elang lewatnya ke sana," kata Lianda.
Baca Juga:Detik-detik ODGJ Ditembak Usai Tusuk Tiga Warga Bandung Barat
Artinya, tegas Lianda, saat teradi kerusakan ekosistem akibat kebakaran hutan tersebut, maka itu mempengaruhi migrasi elang. Dengan kata lain, lingkungan hidup itu saling terhubung. Kerusakan lingkungan di suatu kawasan akan mempengaruhi kondisi lingkungan di kawasan lainnya.
"Jika terjadi kerusakan alam di kita, maka dampaknya itu bukan hanya ke kita saja, tapi pergerakan hewan. Maka kita bisa belajar itu bersama-sama, berdiskusi di sini," katanya.
"Pergerakan hewan itu tergantung pada ekosistem, perubahan iklim di sekitarnya. Itu yang dapat juga kita pelajari pada momentum migrasi elang ini," tandasnya. [Muh Dikdik RA/Suara.com]