Kota Roma Italia Kepincut Buruan SAE Kota Bandung

"Roma ingin melakukan MoU langsung dengan Kota Bandung, kerjasama terkait pengembangan urban farming," kata Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 17 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Kota Roma Italia Kepincut Buruan SAE Kota Bandung
Wakil Presiden RI Maruf Amin mengunjungi Buruan SAE, yakni urban farming yang digagas Oleh Pemerintah Kota Bandung di Kelurahan Pajajaran beberapa waktu lalu. [Instagram DPKP Kota Bandung]

SuaraJabar.id - Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis) yang digagas di Kota Bandung dilirik banyak negara. Terbaru, Kota Roma disebut-sebut ingin meneken MoU kerjasama dengan Kota Bandung terkait pengembangan program pertanian urban tersebut.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar mengatakan, hal ini bentuk pengakuan dan suntikan semangat dari dunia internasional. Kendati Gin Gin belum menjelaskan secara detil bentuk kerjasama yang dimaksud.

"Roma ingin melakukan MoU langsung dengan Kota Bandung, kerjasama terkait pengembangan urban farming. Kita dapat pengakuan dan dukungan dari negara Eropa," katanya saat dihubungi Suara.com, Sabtu (16/10/2021).

Tidak hanya itu, Buruan SAE pun bakal diperbincangkan secara daring pada acara Global Forum di Barcelona tanggal 19-20 Oktober 2021.
Dalam kesempatan itu, perwakilan Kota Bandung akan bicara mengenai strategi pengembangan pangan.

Baca Juga:Gol Indah Febri Hariyadi dan Ezra Walian Paksa Bhayangkara FC Berlutut di Kaki Persib

"Buruan SAE ini berkaitan dengan isu global, kerusakan lingkungan dan ancaman krisis pangan itu bisa diantisipasi dengan pertanian urban di perkotaan berbasis masyarakat," katanya.

Saat ini melalui program Buruan SAE, Kota Bandung pun telah menjadi anggota Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP). Pada 6 agustus 2020 lalu turut menandatangani Pakta Milan yang memiliki komitmen pokok terlibat dan berkontribusi untuk mengembangkan sistem pangan berkelanjutan.

Kota Bandung menjadi anggota Steering Committe MUFPP bersama dengan 13 kota lainnya di dunia. Bersama dengan Seoul, Kota Bandung punya tanggung jawab untuk mengatur keanggotaan di wilayah Asia-Pasifik.

"Kota Bandung menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang masuk perkumpulan kota-kota di dunia yang konsen terhadap sustainable food. Ada 250 kota yang tergabung di sana, Kota Bandung didaulat jadi anggota baru," jelasnya.

Gin Gin menuturkan, Buruan SAE berangkat dari kondisi Kota Bandung yang begitu tergantung dari daerah lain perihal penyediaan pangan.

Baca Juga:Link Live Streaming Bhayangkara FC Vs Persib Bandung, Big Match BRI Liga 1 Malam Ini

Sebagai kota metropolitan, Kota Bandung memang bukan wilayah produsen pangan, tidak memiliki lahan pertanian.

Dampaknya, sambung Gin Gin, Kota Bandung rawan terhadap ketersediaan pangan, hingga kenaikan harga pangan. Oleh karena itu, Buruan SAE diharapkan jadi upaya untuk membangun ketahanan pangan, minimal pada tingkat rumah tangga.

"Buruan SAE pada dasarnya adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan pangan. Dari data, 96 persen pasokan pangan Kota Bandung didatangkan dari luar daerah," katanya.

"Ini untuk menyediakan pangan yang sehat dan alami bagi warga di lingkungannya sendiri, kalau sudah memenuhi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya, baru sisanya atau kelebihannya dijual atau diolah lagi," imbuhnya.

Hingga saat ini, berdasarkan catatan DKPP sudah terdapat 234 kelompok kebun (pokbun) Buruan SAE yang tersebar di 151 kelurahan. Jumlah pokbun diupayakan bakal meningkat sebanyak 100 pokbun pada tahun depan.

"Targetnya kita ingin ada satu pokbun di setiap RW di Kota Bandung. Selain kuantitas, upaya peningkatan kualitas pun menjadi fokus agar program ini terus berkelanjutan," katanya.

Ke depannya, Gin Gin menilai ada dua hal yang akan terus ditingkatkan dalam pelaksanaan Buruan SAE. Pertama, adalah peningkatan nilai ekonomis dan penambahan keragaman atau diversifikasi tanaman maupun ternak. Diharapkan, peningkatan tersebut bisa menjaga program pangan ini secara berkelanjutan.

"Berupaya membangun agar sirkular ekonomi supaya mendapat pemasukan, sehingga supaya bisa berlanjut. Karena itu pemasaran kita tingkatkan," katanya.

"Lalu, meningkatkan diversifikasi, misanya mulai diperkenalkan dengan tanaman hias. Kita coba memelihara ternak lain yang punya ekonomi seperti kelinci, ia berupaya meningkatkan nilai dan daya tarik lebih," tandasnya. [M Dikdik RA/Suara.com]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini