Sempat Viral Lantaran Disebut 'Enggak Rame', Alun-alun Cimahi Bakal Dapat Sentuhan dari Ridwan Kamil

"Cimahi kan kota kecil. Ya mudah-mudahan alun-alun akan berubah pada 2023 sehingga nanti bisa dipakai bermain," ujar Ngatiyana.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 02 Maret 2022 | 11:26 WIB
Sempat Viral Lantaran Disebut 'Enggak Rame', Alun-alun Cimahi Bakal Dapat Sentuhan dari Ridwan Kamil
Alun-alun Kota Cimahi saat ini. Tempat ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan Rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

"Jadi ada Sekutu dan Belanda yang konvoi kemudian dilakukan pencegatan. Sampai ada beberapa orang yang jadi korban, termasuk pihak kita juga ada yang ketemebak. Temen saya cerita ikut, pamannya turun ikut pertempuran dan jadi korban," beber Mahmud.

Dalam pencegatan itu, para pasukan pejuang Cimahi menggunakan teknik hit and run, dimana mereka sembunyi-semnunyi dalam melakukan penyerangan. Teknik tersebut berhasil memukul mundur pasukan Belanda hingga urung melakukan konvoi.

Dari pertempuran di Alun-alun Cimahi itu, para pejuang berhasil menyita sekitar tiga kendaraan dan berbagai senjata milik penjajah. Hingga salah satunya dijadikan kendaraan operasional Laskar Banteng Cimahi.

Namun imbas dari pencegatan tersebut, terang Machmud, pasukan Kolonial Belanda kemudian melakukan penyisiran.
"Kadang menelan korban rakyat yang tak bersenjata. Jadi Belanda dan Sekutu masuk ke kampung-kampung, rakyat biasa juga dikorbankan," ujarnya

Baca Juga:Romantis! Pengantin Pria Jadi MUA Mempelai Wanita, Warganet sampai Nahan Napas

Selain pertempuran di Alun-alun Cimahi, ada sejumlah titik lainnya yang dulunya pernah di jadikan lokasi pertempuran melawan para penjajah. Seperti di perempatan Cihanjuang dan menuju Cibabat yang kini diberinama Jalan Jenderal Amir Machmud. Di daerah tersebut, tahun 1945-1946 pernah terjadi pertempuran melawan sekutu.

Salah satu tokoh yang terlibat adalah Daeng Mohammad Ardiwinata atau Kompi Daeng, yang kini diabadikan sebagai nama jalan di Cihanjuang. Di Cibabat juga dulunya ada pabrik senjata, yakni Artilerie Construcie Winkel (ACW).

"Mapolres Cimahi itu dulunya pabrik senjata yang pernah diserbu juga," ucap Machmud.

Titik pertempuran di Kota Cimahi juga terjadi di kawasan Cimindi, Leuwigajah hingga Baros (Jalan HMS Mintaredja) yang dilalui saat jelajah edisi Hati Pahlawan Nasional 2020. Kompi Daeng lagi-lagi terlibat dalam pertempuran tersebut.

Kemudian Jembatan Tagog juga dulunya merupakan titik pertempuran. Tokoh yang terlibat di dalamnya adalah Kompi Abdul Hamid dan berbagai laskar yang ada saat itu.

Baca Juga:Banjir Bandang Melanda Rumah, Cowok Ini Terekam Lagi Santai Nangkring di Atas Pagar

Pertempuran paling heroik terjadi di sekitar Penjara Poncol di Kalidam dan Jalan Gatot Subroto yang dulunya tangsi dijadikan tangsi Belanda. Pertempuran yang digawangi berbagai kompi, laskar, Badan Keamanan Rakyat (BKR) hingga Tentara Keamanan Rakyat (TKR) itu terjadi selama 4 hari 4 malam.

"Hanya saja gak berbuah kemenangan, karena saat itu terbatas oleh senjata. Setelah itu, tepatnya tahun 1947 tidak ada serangan karena pada mengungsi," bebernya.

Selain itu, ada tempat-tempat lainnya yang dulunya jadi tempat perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah. Di antaranya Alun-alun Cimahi, Babakan Kandanguncal, dan Babakan Santri (Gunung Bohong).

Ada sejumlah nama yang dulunya terlibat dalam peperangan melawan penjajah di Kota Cimahi. Di antaranya Kompi Daeng Muhammad Ardiwinata, Kompi Ade Arifin, Embang Ardiwidjaja, Kapten Ishak, Sukimun hingga Usman Dhomiri.

Bahkan beberapa nama di antaranya kini sudah diabadikan sebagai nama-nama jalan di Kota Cimahi. Seperti Jalan sekitaran Cihanjuang yang diberinama Jalan Daeng Muhammad Ardiwinata dan sekitaran Padasuka yang diberinama Jalan KH. Usman Dhomiri hingga Sukimun.

Namun sejak pertempuran 4 hari 4 malam, para pejuang dan rakyat mulai mengungsi ke wilayah selatan lantaran kekuatan Belanda saat itu sulit untuk ditembus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini