Workshop Literasi yang Diinisiasi Suara.com di Bandung Bekali Publik Hadapi Tantangan Era Digital

Talkshow dan workshop hybrid dengan tema "Bandung #MakinCakapDigital" yang diinisiasi Suara.com dan berlangsung di Bandung, Jawa Barat dari 18-19 Mei 2022

Galih Prasetyo
Kamis, 19 Mei 2022 | 23:35 WIB
Workshop Literasi yang Diinisiasi Suara.com di Bandung Bekali Publik Hadapi Tantangan Era Digital
Poster rangkaian kegiatan literasi digital Bandung #MakinCakapDigital yang digelar 18-19 Mei 2022 di Bandung. [Suara.com]

SuaraJabar.id - Talkshow dan workshop hybrid dengan tema "Bandung #MakinCakapDigital" yang diinisiasi Suara.com dan berlangsung di Bandung, Jawa Barat dari 18-19 Mei 2022 telah rampung digelar.

Pada talkshow hari pertama 18 Mei 2022 yang berlangsung di Seinkiri Coffee, Bandung, talkshow mengangkat tema “Suara Komunitas dalam Payung Literasi Digital”.

Workshop ini merupakan upaya pengembangan Literasi Digital bagi komunitas dan masyarakat umum di Kota Bandung. Dalam workshop hari pertama ini, tiga komunitas di Kota Bandung menjadi pembicara, mereka adalah Komunitas Aleut (komunitas sejarah), Great UPI (pegiat di bidang isu gender dan kesetaraan), dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB).

Poster rangkaian kegiatan literasi digital Bandung #MakinCakapDigital yang digelar 18-19 Mei 2022 di Bandung. [Suara.com]
Poster rangkaian kegiatan literasi digital Bandung #MakinCakapDigital yang digelar 18-19 Mei 2022 di Bandung. [Suara.com]

Menurut Nida dari Great UPI, pemanfaatan internet sangat membantu dalam proses pencarian dan pengolahan data terkait isu-isu gender.

Baca Juga:Diinisiasi Suara.com, Kegiatan Literasi Digital di Bandung Bagikan Banyak Pengetahuan Penting untuk Publik

Akan tetapi diakui Nida, di sisi kemudahan tersebut, ada rintangan dan tantangan baru yang mesti mereka hadapi dalam berjejaring di dunia internet, seperti berlakunya pasal UU ITE yang dapat menjadi bumerang.

Pemanfaatan internet juga dirasakan halnya oleh Komunitas Aleut dan KPGB dalam proses pencarian, pengolahan, dan penyebaran informasi terkait kegiatannya. Proses edukasi terkait sejarah, pendakian, dan gunung kini dapat mereka sebar secara luas dengan mudah pada era digital ini.

Akan tetapi maraknya penyebaran informasi terkait sejarah, gunung, atau informasi pendakian di jagat digital berakibat pada banjirnya informasi yang tidak dapat dibendung dan disaring kebenarannya.

Alex Ari dari Komunitas Aleut mengatakan banyak komunitas sejarah mengacu pada website-website dari Belanda, namun tetap harus kedepankan sisi kritis dari informasi yang didapat.

"Pada akhirnya banyak sih informasi yang keliru yang kami dapatkan di internet. Hal ini biasanya berawal dari satu informasi yang keliru kemudian banyak dikonsumsi dan disebar oleh banyak orang tanpa melakukan verifikasi dan kritik terlebih dahulu,” ucapnya.

Baca Juga:Suara.com Bersama Kominfo Serta Kutub.id Dorong Anak Muda Melek Digital dan Buat Konten Berkualitas

Sementara itu, Perwakilan dari ICT Watch, Abigail Bernadette Octavia mengungkap bahwa penyebaran berita hoaks ini kerap terjadi karena orang malas untuk mencari verifikasi berita tersebut dan ketika terverifikasi sebagai berita hoaks mereka malu untuk menyampaikan bahwa berita tersebut ternyata keliru, sehingga orang yang telah menerima berita tersebut akan terus termakan hoaks karena tidak diberi penjelasan yang sebenarnya.

News

Terkini

"Pelaku pertama kali mengenal korban karena korban pesan Grab, kemudian pelaku sebagai driver Grab merasa cocok dan berlangganan, kemudian mereka tinggal bersama," ujarnya.

News | 21:59 WIB

"Untuk si korban sendiri pernah berkeluarga tapi sudah berpisah, tapi si pelaku pengakuannya sudah memiliki keluarga dan memiliki anak tapi masih kami dalami," ujar Kapolres.

News | 16:16 WIB

Kenapa saya berkomentar karena penggunaan jas berwarna kuning karena saya anggap tidak pantas digunakaan saat melakukan pertemuan dengan murid," kata Sabil.

News | 18:17 WIB

"Gini saya ulangi lagi ya, takdir ke mana saya tidak tahu, yang pasti pasti lebih baik dirawat," kata Ridwan Kamil.

News | 14:56 WIB

Beredar cuit lawan Ridwan Kamil juga gunakan kata Maneh yang membuat netizen heboh.

News | 11:04 WIB

Cara Ridwan Kamil memberikan pinned pada komentar di Instagram disorot publik.

News | 10:48 WIB

"Ini dikarenakan komentar saya di IG Gubernur Ridwan Kamil," kata Muhammad Sabil Fadhilah

News | 10:18 WIB

"Alhamdulillah membaik, masih belum stabil penuh, tapi sudah bisa makan," ujar putra Umuh Muchtar itu.

News | 19:30 WIB

"Warga mengatakan asap pekat itu makin tidak enak dihirup dan cepat sesaknya. Apalagi ketika mereka melakukan aktivitas di sawah, di kebun," kata Manajer Advokasi Walhi Jabar.

News | 16:25 WIB

P3DN digelar guna memberikan apresiasi kepada para pihak yang telah berkontribusi terhadap pengoptimalan penggunaan Produk Dalam Negeri.

News | 16:07 WIB

Sejumlah hasil lembaga survei mencatatkan bahwa elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk berlaga di Pilpres 2024 cukup diperhitungkan.

News | 16:56 WIB

Keran kamar mandi dari Ateson home memiliki bentuk yang minimalis dan futuristik.

Lifestyle | 11:15 WIB

"Di Ranca Upas itu ada area habitat lutung Owa Jawa selain habitat mamalia. Kami pernah menemukan ada habitat kancil jiga," ujar Meiki.

News | 19:29 WIB

"Panitia dan pihak-pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini harus bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Dadang Supriatna.

News | 14:02 WIB

"Apa dasar hukumnya, karena hutan berstatus hutan lindung dan peruntukan hutan tidak dapat dipakai untuk kegiatan nonkehutanan," kata Dedi Gejuy.

News | 13:01 WIB
Tampilkan lebih banyak