Jeritan Perajin Tepung Tapioka di Bandung Barat: Singkong Langka, Usaha Terancam Gulung Tikar

"Kualitas singkong tiap tahun main menurun. Dari pada tepung lebih banyak jadi ampasnya,"

Galih Prasetyo
Sabtu, 30 Juli 2022 | 21:35 WIB
Jeritan Perajin Tepung Tapioka di Bandung Barat: Singkong Langka, Usaha Terancam Gulung Tikar
Amir (60) Perajin Tepung Kanji Asal Desa Cirawamekar, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (Suara.com/Ferry Bangkit)

SuaraJabar.id - Penurunan kualitas dan langkanya singkong lokal membuat para perajin tapioka di Kabupaten Bandung Barat (KBB) merana. Usaha mereka semakin terpuruk setiap tahunnya.

Salah satunya dialami Amir (60), salah satu perajin tepung kanji asal Kampung Cibitung RT 01/14, Desa Cirawamekar, Kecamatan Cipatat, KBB. Ia
Amir menilai, singkong yang ada saat ini kualitasnya tak sebaik tahun-tahun sebelumnya.

Menurutnya, Dari satu ton singkong, paling bagus bisa menghasilkan 2,5 kwintal. Padahal, dua tahun sebelumnya atau sebelum pandemi COVID-19, dari jumlah yang sama bisa menghasilkan 5 kwintal tepung tapioka atau kanji.

"Kualitas singkong tiap tahun main menurun. Dari pada tepung lebih banyak jadi ampasnya," kata Amir pada Sabtu (30/7/2022).

Baca Juga:Krisis Keuangan Ancam Tenaga Honorer, DPRD Bandung Barat Kasih Opsi Ini

Akibat penurunan kualitas dan kuantitas singkong lokal itu, Amir dan sejumlah pengrajin tapioka lainnya harus mendatangkan jenis umbi-umbian itu dari daerah lainseperti Sukabumi, Cianjur, dan Subang.

Hal tersebut tentunya berdampak terhadap biaya operasional yang membengkak. "Di Bandung Barat singkong sedang sulit. Saya beli dari Sukabumi. Resikonya mesti keluarkan biaya besar untuk angkut barang. Kalau pun dapat untung, jatuhnya cuma tipis," ungkap Amir.

Amir telah terjun menjadi perajin tempung kanji sejak tahun 1995. Menurutnya, kondisi tersebut harus jadi perhatiab bagi pihak-pihak terkait untuk menghadirkan solusi. Misalnya, menggalakkan kembali perkebunan singkong.

Sebab jika tidak segera ada solusinya, maka para pengrajin tepung di wilayahnya terancam gulung tikar. Di wilayahnya, terang dia, kini hanya tersisa sekitar enam perajin tepung kanji saja kekinian.

"Di Cirawamekar ini dulu banyak sekali pabrik tepung, sekarang tinggal 6 orang karena gak ada bahan baku, kualitasnya turun, serta cuaca tak menentu jadi jemur tepung sulit kering," terang Amir.

Baca Juga:Peneliti Ungkap Potensi Gempa Besar di Bandung Barat Akibat Sesar Lembang dan Cimandiri

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini