Breaking News! Fenomena El Nino Ubah Sawah Jadi Lapangan Bola di Bandung Barat, Petani Merana Gagal Panen

"Dapatnya sekitar Rp 5 juta. Kalau sekarang paling yang kepanen itu sekitar 5-10 kwintal," ujarnya.

Galih Prasetyo
Kamis, 10 Agustus 2023 | 13:51 WIB
Breaking News! Fenomena El Nino Ubah Sawah Jadi Lapangan Bola di Bandung Barat, Petani Merana Gagal Panen
Breaking News! Fenomena El Nino Ubah Sawah Jadi Lapangan Bola di Bandung Barat, Petani Merana Gagal Panen (Suara.com/Ferry Bangkit)

SuaraJabar.id - Para petani di Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) harus gigit jari di musim panen kedua tahun ini. Padi yang mereka tanam gagal dipanen karena terdampak fenomena El Nino.

Berdasarkan pantauan pada Kamis (10/8/2023), kondisi sejumlah petak sawah di Kampung Jalantir, RT 01/13, Desa Selacau sudah mengering dan belah-belah.

Tanaman padi yang terlanjut ditanam yang awalnya hijau kini sudah mengering karena tidak mendapat pasokan air dari Sungai Lagadar.

Para petani membiarkan lahannya mengering lantaran sudah tak ada air. Bahkan, ada beberapa petak sawah yang biasanya dipenuhi tanaman padi kini dijadikan lapang sepak bola dadakan dan lapak untuk berlatih burung merpati.

Baca Juga:Hadapi Ancaman El Nino, Mentan SYL Pastikan Kondisi Beras Nasional Aman

Namun, ada juga petani yang menyelamatkan padinya meskipun hasil panennya tidak sebagus biasanya. Baik dari ukuran tingginya maupun kualitasnya. Seperti yang dilakukan Sutarya (80), salah seorang petani asal Desa Selacau.

Breaking News! Fenomena El Nino Ubah Sawah Jadi Lapangan Bola di Bandung Barat, Petani Merana Gagal Panen (Suara.com/Fery Bangkit)
Breaking News! Fenomena El Nino Ubah Sawah Jadi Lapangan Bola di Bandung Barat, Petani Merana Gagal Panen (Suara.com/Fery Bangkit)

"Iya sawah bapak kondisinya udah dapat pasokan air sejak 4 bulan lalu. Jadinya ada yang gagal panen, ada yang dipaksa dipanen tapi enggak bagus," tuturnya.

Sutarya memikiki 450 tumbak atau 6.300 meter sawah. Dalam sekali panen, biasanya dia bisa menghasilkan hingga 2 ton padi. Namun karena dimusim kedua masa tanam tahun ini berbarengan dengan musim kemarau akhirnya dia harus merugi.

"Biasanya sekali panen itu dapat 2 ton, ada yang dijual ada yang dikonsumsi. Dapatnya sekitar Rp 5 juta. Kalau sekarang paling yang kepanen itu sekitar 5-10 kwintal," ujarnya.

Dia mengatakan, para petani di daerahnya biasanya mendapat pasokan air ke sawah dari irigasi Sungai Lagadar. Namun karena kondisinya sedang kemarau, sawah-sawah para petani pun harus terdampak kekeringan.

Baca Juga:Antisipasi El Nino, Mentan SYL Naikkan Indeks Pertanaman di Sumut

"Biasanya kan banyak air, sekarang jadi surut, kekeringan. Bisa dibilang tahun ini kekeringan yang paling parah kalau menurut saya," kata Sutarya.

Dirinya berharap pemerintah bisa menghadirkan solusi bagi para petani untuk mengairi sawah mereka. Sebab, kata Sutarya, air menjadi sumber utama penghidupan bagi para petani. Dengan kekeringan ini, tentunya berdampak juga terhadap perekonomian warga.

"Kan banyak petani yang menggantungkan hidupnya dari sawah ini, kalau gagak panen karena kekeringan berarti penghasilannya enggak ada. Mudah-mudahan segera ada solusi atau musim hujan segera turun lagi," tuturnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini