Beberapa klaim menyebut situs ini sebagai pusat peradaban tertua di dunia hingga menyamakannya dengan piramida Mesir.
Namun, klaim-klaim tersebut masih menunggu pembuktian melalui penelitian ilmiah yang komprehensif.

Sejarah Situs Gunung Padang
1. Penemuan Awal (1914)
Situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan oleh arkeolog Belanda, N. J. Krom, pada tahun 1914. Ia mencatat keberadaan struktur batuan yang tidak biasa di puncak bukit Gunung Padang, Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Namun, saat itu temuan tersebut belum mendapat perhatian luas.
2. Eksplorasi Kembali (1979)
Tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) melakukan survei ulang pada 1979 dan mengidentifikasi Gunung Padang sebagai situs megalitik, bahkan disebut sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Situs ini memiliki lima teras yang disusun bertingkat, dengan batu-batu andesit berbentuk persegi panjang yang tersusun rapi.
Baca Juga:Pembersihan Lumpur dan Penyaluran Air Bersih Pasca Banjir di Cianjur Dimulai
3. Penelitian Intensif (2011–sekarang)
Minat publik dan ilmuwan terhadap Gunung Padang meningkat tajam setelah tim dari Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), dipimpin oleh Danny Hilman Natawidjaja, melakukan penelitian geofisika dan geologi. Hasil sementara mereka menyatakan bahwa struktur di bawah permukaan lebih tua dan lebih kompleks dari dugaan sebelumnya, dengan usia yang diperkirakan mencapai 10.000–20.000 tahun. Ini memicu kontroversi karena bertentangan dengan pemahaman umum tentang kronologi peradaban manusia.
4. Status dan Spekulasi
Situs Gunung Padang sering disebut-sebut sebagai “piramida tertua di dunia” oleh sejumlah pihak, bahkan diklaim lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Namun, klaim tersebut masih diperdebatkan oleh banyak arkeolog dan belum diakui secara internasional karena membutuhkan lebih banyak bukti ilmiah yang sahih.
5. Upaya Pelestarian dan Pemugaran
Saat ini, Kementerian Kebudayaan bersama BRIN tengah melakukan penelitian lanjutan dan merencanakan pemugaran situs. Upaya ini bertujuan menjaga kelestarian situs sekaligus memperkuat dasar ilmiah untuk memahami perannya dalam sejarah kebudayaan manusia.
- 1
- 2