Di sisi lain, Dedi Mulyadi sadar bahwa ketegasan saja tidak cukup. Untuk meredam potensi aksi massa yang lebih besar, ia memilih langkah proaktif dengan membuka gerbang Gedung Sate dan mengundang langsung perwakilan mahasiswa untuk berdialog pada hari Rabu (3/9).
Ini bukan sekadar pertemuan formalitas. Pemprov Jabar berjanji akan memfasilitasi dan siap mengeksekusi berbagai gagasan konstruktif yang lahir dari forum tersebut.
"Undangan ini ditujukan kepada perwakilan mahasiswa dan akademisi dari 350 hingga 420 perguruan tinggi di Jawa Barat, utamanya dari kawasan Bandung Raya," jelas Dedi.
Skala undangan ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mendengar suara dari basis intelektual terbesar di provinsinya.
Baca Juga:Polda Jabar Buka Suara Soal Insiden UNISBA: Bantah Serbu Kampus, Sebut Diserang Molotov Anarko
Inisiatif dialog ini langsung disambut positif oleh kalangan akademisi. Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad), Arief Sjamsulaksan Kartasasmita, menilai langkah Gubernur sangat tepat.
Kehadiran DPRD Jabar dalam dialog tersebut juga diharapkan bisa menjadi jembatan langsung antara aspirasi mahasiswa dengan para pembuat kebijakan.
"Mudah-mudahan ini membuka ruang komunikasi dan akan menjadi satu titik balik yang sangat baik untuk kita melakukan suatu penyampaian aspirasi yang lebih konstruktif, lebih bersih, lebih berbobot, lebih aman, dan sesuai dengan aturan," ucap Arief penuh harap.