Jawa Barat Zona Merah Keracunan MBG Tertinggi Nasional: Ribuan Anak Jadi Korban!

Menurut Aceng, pengelolaan MBG langsung di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya akan memiliki beberapa keuntungan.

Andi Ahmad S
Kamis, 23 Oktober 2025 | 16:26 WIB
Jawa Barat Zona Merah Keracunan MBG Tertinggi Nasional: Ribuan Anak Jadi Korban!
Siswa yang diduga keracunan hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapatkan penanganan di posko penanganan keracunan MBG di SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (15/10/2025). [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa]
Baca 10 detik
  • Jawa Barat tertinggi kasus keracunan program MBG, mencapai 4.125 korban.

  • Diusulkan MBG dikelola mandiri kantin sekolah/pesantren untuk jamin keamanan pangan.

  • Pengelolaan mandiri skala kecil di sekolah dinilai efektif atasi keracunan dan berdayakan lokal.

SuaraJabar.id - Angka kasus keracunan yang terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat tercatat tertinggi dibandingkan provinsi lain, memicu keprihatinan serius dari berbagai pihak.

Menanggapi kondisi ini, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, Aceng Malki, mengusulkan sebuah pendekatan baru agar program MBG dikelola secara mandiri oleh kantin-kantin sekolah dan pondok pesantren, bahkan hingga oleh ibu-ibu kader Posyandu.

"Saya menyarankan MBG dikelola langsung oleh sekolah. Ya, dibuat SPPG atau dapur MBG-nya di sekolah, di kantin sekolah saja. Biar juga lingkungan sekolah berdaya, dan mereka lebih paham apa yang dibutuhkan dan diinginkan muridnya," kata Aceng di Bandung pada Rabu (23/10/2025).

Menurut Aceng, pengelolaan MBG langsung di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya akan memiliki beberapa keuntungan. Selain pihak sekolah lebih memahami karakter anak didiknya, pendekatan ini dinilai lebih menjamin keamanan, kebersihan pangan, serta lebih efektif karena skala pengelolaan yang lebih kecil dan terfokus pada satu institusi.

Baca Juga:Ini Pejabat Hampir Dipecat Dedi Mulyadi Karena Kasus Data APBD

Aceng menilai, dengan dapur MBG yang skalanya dibuat lebih kecil dan dikelola langsung oleh sekolah atau lembaga pendidikan, dengan pengawasan ketat dari dinas kesehatan dan dinas pendidikan setempat, akan menjadi solusi efektif untuk menekan angka keracunan.

"Kalau bisa, dapurnya tidak sampai ribuan porsi, cukup untuk 500-1.000 anak per dapur, misalnya di kantin sekolah atau pesantren. Dengan begitu, pengawasannya lebih mudah dan masyarakat sekitar juga memang bisa lebih berdaya," ucapnya, menyoroti aspek pemberdayaan ekonomi lokal.

Data yang dirilis Kementerian Kesehatan per 5 Oktober 2025 menunjukkan bahwa jumlah korban keracunan terkait MBG secara nasional telah mencapai lebih dari 11.000 orang sejak awal tahun ini.

Angka ini semakin diperbarui oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), yang mencatat jumlah korban keracunan proyek MBG per 12 Oktober 2025 menembus 11.566 anak.

Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, merinci bahwa jika dihitung sejak Januari hingga 12 Oktober 2025, provinsi dengan jumlah korban keracunan MBG tertinggi adalah Jawa Barat dengan 4.125 korban. Angka ini jauh melampaui provinsi lain.

Baca Juga:Fakta Iklan Air Pegunungan: Aqua Diduga Pakai Sumur Bor, BPKN Bakal Panggil Direksi

Disusul oleh Jawa Tengah dengan 1.666 korban dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 1.053 korban. Sementara itu, di Jawa Timur tercatat ada 950 korban dan Nusa Tenggara Timur sejumlah 800 korban.

Data ini menjadi dasar kuat bagi usulan Aceng Malki, yang berharap agar pemerintah dapat mengevaluasi kembali skema pengelolaan MBG saat ini dan beralih ke model yang lebih terdesentralisasi dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas sekolah serta masyarakat lokal. Langkah ini diharapkan tidak hanya menekan angka keracunan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi daerah. [Antara].

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak