SuaraJabar.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengungkapkan keterisian tempat tidur di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bandung hampir penuh. Hingga saat ini tercatat keterisian sudah di atas 90 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanaga mengatakan, terjadi antrean pasien Covid-19 yang akan dirawat.
“Kalau keterisian RS untuk penanganan Covid memang sudah di atas 90 persen, sehingga RS tetap memberikan pelayanan tapi mengantre untuk masuk ke kamar misalnya, dan seterusnya,” ungkapnya kepada wartawan, Rabu (13/1/2021).
Pihaknya menghimbau kepada pasien Covid-19 yang tidak bergejala atau OTG, bergejala ringan, dan sedang agar tidak dirawat di rumah sakit.
Ia mengatakan tidak semua pasien yang terpapar harus dirawat, saat ini RS rujukan memberikan prioritas pelayanan kepada pasien yang memiliki gejala.
“Begini, kalau RS itu merawat yang ada gejala, yang perlu dirawat di RS, kalau isolasi mandiri, tentu tidak ke RS itulah pentingnya,” imbuhnya.
Ahyani menjelaskan rumah sakit memiliki sistem rujukan yakni sistem rujukan terintegrasi (Sisrute), jadi pasien Covid yang datang adalah mereka yang telah terdaftar pada sistem tersebut dan yang memiliki gejala. Di mana pasien tersebut memang harus dirawat di rumah sakit.
Sementara untuk pasien biasa, tetap dirawat dilayani oleh rumah sakit. Namun, bagi pasien Covid-19, RS mengacu pada data pasien yang terdaftar pada Sisrute sesuai dengan kondisi medisnya.
“Kalau yang datang ke RS mendadak sendiri itu bila keadaan emergency atau darurat ke IGD yang memerlukan pertolongan dengan segera, misalnya sesak beratkan itu memerlukan pertolongan darurat,” ungkapnya.
Baca Juga: PSBB Proporsional Kota Bandung, Kantor Wajib Tutup Pukul 16.00 WIB
Hingga saat ini, Ayhani mengungkapkan semua rumah sakit yang merawat pasien Covid di Kota Bandung telah terjadi antrian disebabkan tingkat keterisian sudah di atas 90 persen. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kedisiplinan dan protokol kesehatan.
Ahyani mengatakan jika hanya fasilitas kesehatan dalam hal ini tempat tidur yang terus disediakan, sementara pasien terus bertambah, kemungkinan besar rumah sakit tidak mampu menampung.
“Itulah makanya kenapa ada PSBB, mengapa untuk mengurangi pergerakan, mengurangi orang ketemu dengan orang, mengurangi terjadinya penularan, supaya sistem kesehatan bisa pulih dulu, bisa ditata kembali dulu. Karena ini seperti balapan antara kasus baru dengan penyiapan fasilitas,” imbunya.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menyiapkan fasilitas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan 40 persen rumah sakit di Bandung juga diisi oleh pasien di luar kota.
“Jadi kita harus fokus di pencegahan, jangan fokus di hilir, jangan fokus penyiapan faskes, itu akan bobol terus,” ungkapnya.
Kontributor : Emi La Palau
Berita Terkait
Terpopuler
- Usai Jokowi, Kini Dokter Tifa Ungkit Ijazah SMA Gibran: Cuma Punya Surat Setara SMK?
- Belanja Seru di BFF Festival 2025, Tiket Hemat 30% via BRImo
- Cari Bedak Murah yang Mengandung SPF? Cek 5 Rekomendasinya, Mulai Rp20 Ribuan
- 4 Rekomendasi Moisturizer Vitamin C untuk Wajah Cerah Bebas Flek Hitam, Harga Terjangkau
- Jay Idzes Pakai Jam Tangan Rolex dari Prabowo saat Teken Kontrak Sassuolo
Pilihan
-
Bobotoh Diminta Serbu GBLA! Marc Klok: Di Bandung, Lawan Tidak Akan Dapat Apa-Apa!
-
Dua Raksasa Properti Jepang Kajima & Mitsubishi Dikabarkan Incar Saham Diamond Citra Propertindo
-
Penonton Kecewa! Kelme Telat Kirim, Persib Main Laga Penting Tanpa Jersey Anyar
-
Momen Kapal Tentara China Hancurkan Sekutu Sendiri saat Kejar Pasukan Filipina
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Memori Besar Terupdate Agustus 2025
Terkini
-
Kronologi Kadisnakertrans Jabar Wafat Usai Bertanding Pingpong Rayakan Agustusan
-
5 Fakta Pilu di Balik Penemuan Mayat Bayi yang Dibungkus Plastik di Bogor
-
Gerakkan Ekonomi Lokal, Mandiri Sahabat Desa Gelar Aksi Bersih Waduk di Jabar
-
Pura-pura Minta Tolong Angkat Speaker, Maling Taksi Online di Bogor Diciduk di Atas Loteng
-
Momen Indocement Pecahkan Rekor MURI Lewat Aksi Unik, 5.000 Orang Membatik di Sak Semen