SuaraJabar.id - Kawawan monyet ekor panjang, berkeliaran atau turun ke permukiman warga di Kota Bandung dalam dua hari terakhir, mereka berpindah-pindah dari genting, kabel, hingga memasuki area luar rumah warga.
Menurut Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), Ganjar Cahyadi, terdapat 3 kemungkinan penyebab monyet ekor panjang tersebut berkeliaran ke pemukiman warga.
"Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya," kata Ganjar, Jumat (1/3/2024).
Biasanya, jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut relatif cepat. Hal ini karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat.
"Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain," ucapnya.
Lebih lanjut Ganjar menuturkan, penyebab kedua yakni kemungkinan monyet ekor panjang ini mencari makan ke tempat lain. Pasalnya, di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sementara populasinya banyak.
Selanjutnya yang ketiga, menurutnya kemungkinan adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Hewan ini membentuk kelompok-kelompok, biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok.
"Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya. Bisa jadi kawasan perkotaan itu dianggap 'kosong' atau tidak dikuasai oleh kelompok lain," jelasnya.
Hal tersebut menurutnya, dapat terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Sehingga, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman.
Baca Juga: Rekapitulasi di Jabar Sudah Lebih 50 Persen, Suara Komeng Masih Ungguli Ganjar-Mahfud
Selain itu, mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya.
Lebih lanjut Ganjar mengungkapkan, ketika monyet ekor panjang memasuki permukiman, warga diimbau agar tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan mereka.
Hal ini menurutnya dilakukan, agar gerombolan monyet ekor panjang tersebut tidak mengalami perubahan perilaku yang mengancam manusia.
"Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti 'mencuri'. Misalnya, ketika ada warga yang membawa tentengan, mereka mengejar karena mengira itu makanan," ujarnya.
"Meski mereka primata arboreal (primata yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan), mereka pun bisa juga berpindah di atas tanah bahkan bisa juga berenang. Karena itu, jika diberi ruang seperti diberi makan, diganggu, dan disudutkan, khawatirnya akan mengubah perilakunya sehingga lebih mengancam manusia," tuturnya.
Ganjar menuturkan, ketika hewan tersebut tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan, maka mereka bakal kembali lagi ke tempat asalnya.
Berita Terkait
-
Rekapitulasi di Jabar Sudah Lebih 50 Persen, Suara Komeng Masih Ungguli Ganjar-Mahfud
-
Tragis! Mau Lulus SMA, Revi Wafat Usai Jadi Petugas KPPS: Sempat Mandi Langsung ke Sekolah
-
Memprihatinkan! Angka Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan di Jabar Terus Meroket
-
Bejat! Ruang Kelas Jadi Saksi Bisu Aksi Cabul Kepsek kepada 10 Siswa SD di Sukabumi
-
151 Rumah, 18 Pabrik dan 1.359 Jiwa Terdampak Akibat Badai Tornado di Rancaekek
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
Terkini
-
Pecah Rekor! Indonesia Akhirnya Ekspor Langsung 48 Ton Durian Beku ke Tiongkok
-
Gandeng Sandiaga Uno, Kadin Tasikmalaya Perkuat Ekosistem Bisnis Nasional
-
Masuk Usia 130 Tahun, BRI Kenang Raden Bei Aria Wirjaatmadja sebagai Pendiri Visioner
-
Cirebon Darurat! Banjir Rendam 22 Desa, Lebih dari 6.500 Warga Terdampak
-
Rute Eksotis Jakarta-Cianjur Batal Dilayani KA Jaka Lalana, Ternyata Ini Penyebabnya