Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Sabtu, 26 April 2025 | 20:47 WIB
Ilustrasi Suara Tembakan. (Shutterstock)

Di tengah kepanikan, Otib sempat meminta air minum. Dua kali Eem memberinya air, bahkan mencoba menyuapinya makanan. Tapi tubuh suaminya kian melemah. Ia hanya bisa mengusap kepala Otib, membisikkan doa-doa putus asa, berharap keajaiban menahan maut yang perlahan datang menjemput.

Dan ketika Uwa Ibro tiba, Eem tahu suaminya telah pergi.

Saung kecil itu tiang bambu dan atap ilalang yang dulu menjadi tempat berteduh kini menjelma menjadi monumen duka. Di sanalah Otib mengembuskan napas terakhir, ditemani bisikan cinta dan doa-doa patah hati.

"Saya tidak akan kembali ke hutan lagi. Abah sudah tidak ada," bisik Eem lirih, menghapus air mata yang tak henti mengalir.

Baca Juga: Bohongi Polisi, Pria 46 Tahun Diringkus Satreskrim Polres Sukabumi

Baru pada dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, tubuh Otib yang dingin diangkut menggunakan mobil milik pemburu ke jalan raya. Dari sana, ambulans membawa jenazahnya ke RSUD Jampangkulon, tiba pukul 05.30 WIB. Namun nyawanya sudah pergi jauh sebelum itu.

Jenazah Otib kemudian dirujuk ke RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi, untuk diautopsi.

Hasil autopsi tak kalah memilukan: luka sepanjang 18 sentimeter membentang dari punggung kanan ke kiri, menembus rongga dada, merobek organ-organ vital, dan menyebabkan perdarahan masif. Tidak ada proyektil ditemukan di dalam tubuhnya hanya luka dalam yang cukup untuk menghabisi satu kehidupan.

Senjata yang diduga digunakan, senapan Christensen Arms 308 CA TAC 10 Multi-Caliber bernomor seri CASX2255, kini diamankan polisi. JF, pria yang diduga menembakkan peluru maut itu, telah ditahan.

Tetapi bagi Eem, tidak ada keadilan, hukuman, atau penyesalan yang bisa mengembalikan Otib. Tak ada apa pun yang bisa menggantikan tangan kasar penuh kasih itu, suara berat yang dulu memanggilnya "Mi" dalam kehangatan malam-malam sederhana mereka.

Baca Juga: Kemenhut Gagalkan Perdagangan Bagian Tubuh Satwa Dilindungi, Dua Pelaku Diamankan di Sukabumi

Yang tersisa hanyalah sebuah saung kosong di tengah ilalang dan hati yang selamanya retak.

Load More