21 Tahun Hidup dalam Intoleransi, Gereja Santa Clara Kini Natal Ceria

Sudah tak pindah-pindah untuk beribadah.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 25 Desember 2019 | 13:25 WIB
21 Tahun Hidup dalam Intoleransi, Gereja Santa Clara Kini Natal Ceria
Pastor Paroki Santa Clara Raymundus Sianipar di Bekasi, 24 Desember 2019. (Foto: Fathiyah Wardah/VOA)

Uskup Agung Jakarta Ignasius Suharyo kemudian ini dilantik oleh Paus Fransiskus sebagai kardinal.

Gereja Santa Clara sudah mengantongi IMB pada 2015. Namun selama bertahun-tahun pembangunannya ditentang sejumlah kelompok yang khawatir pendirian gereja menjadi upaya kristenisasi. Kelompok yang menolak juga menuding pembangunan gereja, yang diduga akan menjadi gereja terbesar di Asia itu, itu tidak sah.

Tokoh senior gereja Santa Clara, Eni Widyastuti, menegaskan, alasan-alasan itu tidak benar.

Pastor Paroki Santa Clara Raymundus Sianipar mengatakan proses panjang dan berliku harus dilalui untuk dapat membangun gereja ini. Padahal sejak Paroki ini berdiri pada Agustus 1998, kata Pastor Raymundus, paroki ini sudah berbadan hukum resmi. Tim dari gereja terus berusaha agar mendapatkan izin. Usaha itu akhirnya berbuah manis.

Baca Juga:18 Tahanan Korupsi Rayakan Natal di Rutan KPK, Ini Daftarnya

Pastor Raymundus menjelaskan pesan Natal tahun ini “Kita Saudara Bagi Semua” memiliki makna yang sangat dalam, dan tepat dengan lingkungan komunitas Gereja Santa Clara yang majemuk.

“Agama itu harus sampai pada suatu tindakan persaudaraan bahwa keberadaan yang lain itu, perbedaan agama bukan berarti menghindarkan semua. Orang bersaudara bahkan justru mendorong setiap orang untuk membuahkan persaudaran itulah agama,” tegas pastor Raymundus.

Pastor Raymundus menyatakan kini jemaah Gereja Santa Clara dan warga sekitar sudah solid sehingga potensi konflik dapat diredam.

Lomba Pohon Natal dari Barang Bekas

Dalam perayaan Natal ini, kata Alfonsus, gereja juga menyelenggarakan lomba membuat pohon Natal berbahan barang bekas seperti botol plastik, bahan kantong dan juga tempat telur. Lomba ini diikuti oleh jemaah yang berasal dari 13 wilayah di seluruh Bekasi Utara.

Baca Juga:Punya Sejarah Panjang, Ini Alasan Cemara Dipilih Jadi Pohon Natal

Uniknya, dalam pohon natal tersebut juga tergambar tempat ibadah umat lainnya yang berdampingan dengan gereja. Menurut Eni Widyastuti, hal itu menandakan keberagaman, saling menghormati dan menghargai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini