Harapan Penarik Becak Saat Covid; Kami Ingin Pemerintah Sayang Rakyat Kecil

Ketika ditanya mengenai bantuan dari pemerintah, lelaki paruh baya ini mengungkapkan sampai saat ini belum mendapatkan bantuan.

Chandra Iswinarno
Senin, 20 April 2020 | 13:43 WIB
Harapan Penarik Becak Saat Covid; Kami Ingin Pemerintah Sayang Rakyat Kecil
Amas penarik becak di Pasar Kosambi Bandung. [Suara.com/Emi La Palau]

SuaraJabar.id - Gembar-gembor pembagian sembako dan bantuan tunai saat wabah Corona merebak menjadi hal yang ditunggu bagi masyarakat menengah ke bawah. Lantaran pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah membuat penghasilan pekerja harian kian tak menentu.

Nasib itulah yang dirasakan, Amas, pengayuh becak yang harus menghidupi anak dan istri dari kendaraan roda tiga tersebut. Kesehariannya, lelaki berusia 65 tahun praktis hanya mengandalkan nasibnya dari penumpang becak yang menggunakan jasanya di kawasan Pasar Kosambi, Kota Bandung.

Sulitnya penumpang yang dialami sejak pandemi Covid-19 mewabah pun dirasakannya beberapa hari terakhir. Saat ditemui Suara.com di tempat mangkalnya pada Senin (20/4/2020), Amas mengaku baru berhasil mendapat satu penumpang sejak keluar rumah pada waktu subuh hingga siang.

“Dari subuh narik, ini baru dapat Rp 15 ribu, sampai sekarang belum makan. Sekarang makin sulit, tidak seperti dulu-dulu. Kadang narik dari subuh, jam 13.00 siang baru dapat,” ujar Amas di atas becak yang menjadi andalannya menjalani hidup.

Baca Juga:Viral Video Tukang Becak Dipukuli Security, Padahal Tak Ada Bukti

Amas terpaksa harus bekerja di tengah pandemi Covid-19 agar anak dan istinya bisa makan. Lelaki asal Garut ini terpaksa harus ke Bandung untuk bekerja.

“Waktu itu ada imbauan untuk tetap tinggal di rumah selama tiga minggu, tapi di rumah nggak ada apa-apa. Beras nggak punya, uang nggak punya, disuruh diam di rumah. Makanya saya maksain ke Bandung,” ujar Amas.

Amas tercatat sebagai warga Garut, yang sudah sejak tahun 1980-an bekerja sebagai pengayuh becak di Ibu Kota Jawa Barat, Bandung. Sesekali, Amas pulang ke Garut untuk membawakan hasil kerja kerasnya di Kota Kembang untuk membiayai anak istrinya.

Ketika ditanya mengenai bantuan dari pemerintah, lelaki paruh baya ini mengungkapkan sampai saat ini belum mendapatkan bantuan. Ia mengungkapkan pernah mendengar akan ada bantuan, namun tak kunjung sampai.

“Katanya mau ada bantuan tapi nggak ada,” ungkap Amas.

Baca Juga:Dapat Bantuan Beras Wabah Corona, Tukang Becak Langsung Tewas di Jalan

Selain harus mengirimkan hasil menarik becak kepada anak dan istrinya di Garut, Amas harus berjibaku membayar biaya sewa kamar di basemen pasar Kosambi. Dengan situasi yang semakin sulit, Amas harus bisa putar akal untuk tetap bertahan hidup dengan penghasilan harian yang tak seberapa.

“Kalau sudah dapat uang baru bawa pulang ke Garut, kalau sudah punya Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu kadang dikirimin aja. Saya juga harus bayar kamar di Basemen pasar, Rp 200 ribu, jadi kadang harus pinjem dulu,” ujar Amas.

Amas mengakui, sehari terkadang hanya bisa menarik becak dua kali. Jika sedang sepi sama sekali, Amas mengaku tidak dapat penumpang. Ia terpaksa harus berhemat untuk makan. Ketakutannya terhadap Corona harus dilawan, untuk mengisi perutnya yang kosong.

“Takut memang takut, tapi ini maksain karena harus makan nggak bisa diam di rumah. Kalau diam di rumah nggak dapat makan, kasihan anak istri,” ujar Amas.

Amas berharap rakyat kecil bisa diperhatikan pemerintah di tengah pandemi Covid-19.

“Saya hanya rakyat kecil, inginnya pemerintah sayang sama rakyat kecil, kami yang kecil makin merosot usahanya.”

Kontributor : Emi La Palau

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini