SuaraJabar.id - Kebijakan ganjil genap yang diberlakukan terhadap kios-kios pedagang di Pasar Andir kawasan Jalan Ciroyom Kota Bandung menuai kontroversi. Meski diterapkan dengan alasan sebagai langkah pencegahan terjadinya kerumunan massa di pasar yang dapat menjadikan penyebaran Virus Covid-19, namun pedagang mengaku keberatan.
Pedagang bahkan menilai pemberlakuan kebijakan ganjil-genap dinilai merugikan dagangan mereka.
"Kita memang harusnya, acuan dari pemerintah untuk mengurangi kerumunan, pengelola meminta untuk diterapkan ganjil genap. Tapi keberatan sih (kebijakannya), soalnya sehari buka sehari tutup, pemasukan pastinya jadi berkurang. Udah mah gitu, sekarang juga yang belanja sedikit," kata seorang pedagang baju di Pasar Andir Ridwan Safei (45) saat ditemui Rabu (24/6/2020).
Ridwan mengaku, sebelumnya tokonya sempat tutup, semasa pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Bandung, selama kurang lebih 15 hari.
Baca Juga:Mal Bandung Mulai Buka, Langsung Diserbu PNS saat Jam Kerja
Ia pun sempat mengurangi jumlah karyawannya. Sebelum pandemi, ia memiliki tiga pegawai. Namun di tengah pandemi yang mengharuskan pasar tutup, dia terpaksa merumahkan dua orang lainnya.
"Sekarang mah dapat Rp 600 ribu sehari juga udah lumayan. Beda sama dulu, bisa sampai satu (juta), dua juta rupiah," kata dia.
Senada dengan Ridwan, pedagang baju seragam sekolah di blok lantai 1 Siti Marwah (46) mengakui, kondisi saat ini begitu berat dengan kebijakan ganjil-genap.
"Kalau kebijakan ini untuk pedagang mah berat. Tapi kalau enggak ada kebijakan seperti ini, masa kita harus tutup terus," kata Marwah.
Pasar Andir yang dikelola PT APJ, telah menerapkan penerapan ganjil-genap bagi kios-kios yang beroperasi sejak 13 Juni 2020. Penerapan itu diberlakukan, setelah pemerintah membolehkan adanya kegiatan di pasar, namun wajib mengurangi jumlah massa.
Baca Juga:Senin Hari Ini, 23 Mal di Bandung Dibuka Kembali
"Aturan dari pemerintahan, hanya memperbolehkan 30 persen dari kapasitas. Nah maka-nya kita terapkan ganjil genap sesuai tanggal dan nomor kios. Jadi kita di sini minimalisir terjadi kerumunan massa," kata Staf PT APJ Ade Kusmawijaya saat ditemui di Pasar Andir.
"Jadi misalnya penerapan hari pertama kemarin, waktu tanggal 13, itukan ganjil. Nah yang boleh buka berarti kios dengan nomor ganjil. Besok genap, nah kios yang nomor genap buka yang ganjil tutup," lanjut Ade.
Ade menuturkan, kebijakan ganjil genap untuk tiap kios, juga sebagai langkah antisipasi ketimpangan sosial. Pasalnya, jika benar diterapkan hanya 30 persen, dapat terjadi keributan antar pedagan. Menurut dia, dinamika para pedagang, berbeda satu sama lainnya.
"Kalau ikuti pemerintah, hanya 30 persen. Sedangkan di pasar ini ada 2.500 kios lebih. Kan tidak semuanya buka, bisa terjadi kecemburuan sosial. Makanya kita terapkan ganjil genap biar adil," ucapnya.
Untuk antisipasi penyebaran Virus Corona, Ade juga menambahkan, protokol kesehatan sangat ketat diterapkan di pasar Andir. Diantaranya, mereka yang beraktivitas dalam pasar harus menggunakan masker dan menyediakan handsanitizer. Kios-kios pun harus dilengkapi dengan penyekat plastik untuk menjaga jarak.
"Kemudian dari belasan pintu keluar masuk, kita tutup semua hanya tiga yang dioperasikan. Serta kita juga menghimbau para pedagang untuk menolak pembeli yang tidak gunakan masker. Jika tidak, pedagang harus menyiapkan masker bagi para pembelinya," katanya.
Kontributor : Cesar Yudistira