SuaraJabar.id - Baru-baru ini Stasiun Bekasi menjadi perhatian setelah adanya penemuan bangunan dan benda kuno di bawah tanah.
Tekstur bangunan itu terbuat dari bata merah yang telah kusam dengan tanah, benda-nya berupa jendela besar dari kayu pada umumnya, tempo dulu.
Bangunan dan benda kuno itu ditemukan oleh pekerja Double-Double Track yang dinaungi PT. Kereta Api Indonesia, Minggu (9/8/2020) akhir pekan kemarin.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dan Sejarawan Bekasi sudah mengetahui, tapi sampai sekarang masih menjadi misteri.
Baca Juga:Lorong Tua di Bawah Stasiun Bekasi Diduga Tempat Tentara Jepang Membantai
Namun, jika dilihat historis ragam cerita, Sejarawan Bekasi, Ali Anwar mengungkapkan bahwa tidak ada aksi pembantaian di Stasiun Bekasi.
Pembantaian sekutu Jepang sebanyak 90 orang terjadi di tepi Kali Bekasi yang jaraknya berkisar 300 meter dari stasiun.
"Dugaan saya penemuan Cagar Budaya itu seperti jalan tol pada umumnya, ada gorong-gorong di bawah jalan tol. Nah, sama ini rel kereta api dan mempunyai saluran air persis terowongan dimana pembuangannya airnya masuk ke parit sebelah stasiun," kata Ali saat berbincang dengan SuaraJabar.id, Rabu (12/8/2020).
Pada zaman 1930 silam, Ali menyebutkan bahwa status dari Stasiun Bekasi hanyalah Halte besar.
Di mana tempat naik dan turun para penumpang karena titik transportasi yang sudah terintegrasi dengan Jatinegara.
Baca Juga:Bangunan Kuno Bata Merah Terpendeam 4 Meter di Bawah Tanah Stasiun Bekasi
Sebab, jalan raya baru dibangun pada era tahun 1911-1920 oleh seorang jendral atau kekinian bisa disebut sebagai gubernur. Sedangkan jalur kereta api baru dibangun sekitar tahun 1970-1980.