SuaraJabar.id - Sudah belasan tahun Eko Marhendro (55) menjalani profesinya sebagai guru honorer. Sejak awal ia setia mengabdi di SDN Kihapit I Kota Cimahi.
Dalam hati terdalamnya, pria asal, Cibeber, Kota Cimahi itu begitu ingin diangkat langsung menjadi PNS namun panggilan itu tak kunjung datang. Namun ia tetap setia dengan profesinya sebagai guru honorer.
Eko mulai menjadi guru honorer sejak tahun 2003 di SDN Kihapit I. Ia diberikan tugas mengajar Bahasa Inggris. Saat itu, ia hanya mendapatkan honor Rp50 ribu per bulan lantaran belum ada Dana Operasional Sekolah (BOS).
"Waktu itu memang belum ada dana BOS," tutur Eko kepada Suara.com, Senin (1/3/2021).
Baca Juga:Ketua MPR Dorong PGRI Dampingi Guru Honorer Hervina Hadapi Masalah
Kemudian, tugasnya bertambah dengan diberikan mandat mengajarkan seputar komputer. Honornya pun dinaikan menjadi Rp100 ribu per bulan. Namun tentu saja tak cukup untuk menopang perekonomian keluarganya.
Ketika tengah butuh tambahan, dana segar pun datang ketika kebijakan BOS diberlakukan. Penghasilannya dari guru honorer naik drastis menjadi Rp600 ribu setiap bulannya.
Namun itu dirasa belum cukup lantaran ia harus memenuhi kebutuhan istri dan kedua anaknya. 'Nyambi' menjadi tukang ojek pun dilakukan Eko agar bisa mendapatkan uang tambahan.
Menjadi tukang ojek pangkalan hingga kini masih dilakoninya, meski harus bersaing dengan ojek online yang mulai merajai sejak beberapa tahun ke belakang.
"Saya kadang ngojek sampingan, tapi bukan prioritas. Tetep yang prioritas kan mengajar. Paling saya dapat Rp40-50 ribu dari ngojek," ujar Eko.
Baca Juga:DPR RI Janji Perjuangkan Nasib 1.044 Guru Honorer di Kepri Jadi PPPK
Bantuan dari Pemkot Cimahi