SuaraJabar.id - Peristiwa Bandung Lautan Api tidak hanya terjadi di wilayah Kota Bandung. Pada 23 Maret 1946 silam, rakyat Indonesia di Kota Cimahi juga terlibat dalam aksi membumihanguskan kotanya sendiri
Di hari itu, rakyat Kota Cimahi melakukan pembakaran rumah dan bangunan di kawasan Tagog, Cibabat hingga Cimindi. Selain rumah yang berada di pinggir jalan, rakyat bersama para pejuang juga membakar toko-toko.
"Ketika Bandung dibumihanguskan, Cimahi juga menjadi bagian dari aksi lautan api itu. Toko-toko di jejeran Tagog tutut dibakar," ungkap pegiat sejarah, Machmud Mubarok saat dihubungi Suara.com, Rabu (24/3/2021).
Aksi pembakaran oleh rakyat dan tentara itu sebagai taktik agar bangunan itu tidak dijadikan markas pasukan Sekutu dan NICA (Belanda).
Baca Juga:Miris, 2 Anak di Cimahi Putus Sekolah Gara-gara Kecanduan Game Online
Setelah peristiwa Bandung Lautan Api itu, ternyata perjuangan rakyat tidak berhenti di Kota Cimahi. Sebab tepat pada 24 Maret 1946 terjadilah pertemuran 4 hari 4 malam di Cimahi.
Pertempuran itu terjadi di sekitar Penjara Poncol di Kalidam dan Jalan Gatot Subroto, yang memang dulunya dijadikan tangsi Belanda.
Dari tanggal 24-28 Maret, para pejuang Cimahi seperti Daeng Ardiwinata, Detasemen Abdul Hamid, Polisi Tentara FE Thanos, Hijbullah Haji Hadi, hingga Fisabilillah Babakan Santri KH Usman Dhomiri menyerang kamp Sekutu dan Belanda dari berbagai penjuru.
Kekuatan tambahan saat itu datang dari Detasemen Lasiman di Batujajar, Kompi Arifin dan Somantri dari Yon Hutagalung. Senjata yang digunakan saat itu di antaranya senjata rampasan dari Jepang dan molotov untuk membakar bangunan.
"Lalu ditembakan pula mortir kecil Tekidanto yang dioperasikan orang Jepang, yang bergabung ke kubu para pejuang," terang Machmud.
Baca Juga:Diet Kantong Plastik Kota Cimahi Tunggu Evaluasi Gubernur
Namun serangan itu tak membuahkan hasil. Sekutu dan Belanda tidak hancur akibat serangan para pejuang di Cimahi.
Malah, kemudian mereka melancarkan serangan balik dengan menembakan meriam ke segala arah. Termasuk perkampungan.
Kemudian pasukan infanteri Belanda juga keluar dari kamp untuk mencari para pejuang hingga masuk gang. Didahului tank dan carrier, pasukan Belanda pun menyapu kubu pejuang Cimahi.
Setelah itu, para pejuang mulai mengungsi ke arah selatan lantaran kekuatan Belanda saat itu sulit ditembus.
"Pada akhirnya semua pejuang mundir ke garis pertahanan Citarum," ucap Machmud.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki