Pandemi Covid-19 Berjalan Setahun, Varian Virus Baru Bermunculan

Mutasi pada virus terus terjadi, muncul varian baru seperti pada kasus Covid-19 terjadi seiring penularan virus ke orang-orang

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 22 Mei 2021 | 10:10 WIB
Pandemi Covid-19 Berjalan Setahun, Varian Virus Baru Bermunculan
Ilustrasi Pandemi Covid-19, Varia virus baru bermunculan. (Foto: Antara)

SuaraJabar.id - Pandemi Covid-19 menjadi ancaman yang nyata bagi seluruh orang di dunia. Sudah satu tahun lebih, virus corona mengancam seluruh masyarakat. 

Dilansir dari ANTARA Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) RSUP Persahabatan, Dr. dr. Erlina Burhan, mengatakan mutasi pada virus yang kemudian memunculkan varian baru seperti pada kasus Covid-19 terjadi seiring penularan virus ke orang-orang.

Setiap virus masuk ke dalam tubuh manusia, dia mereplikasi diri. Pada prosesnya, bisa terjadi kesalahan sehingga menjadi berbeda dari virus awalnya. Lalu, apakah varian virus ini lebih kuat dari virus aslinya?

Ada dua kemungkinan, biasa saja atau lemah atau kuat. Apabila variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia yakni meningkatkan transmisi atau penularan, virulensi atau menimbulkan keparahan lebih daripada non-varian dan menurunkan efektivitas tatalaksana serta vaksin, maka dia tergolong variants of concern atau perhatian khusus.

Baca Juga:Studi: Musik Bantu Masyarakat Atasi Rasa Bosan di Tengah Pandemi Covid-19

"Tiga hal ini, item yang diaplikasikan kalau satu varian ada. Kalau salah satu ada maka masuk ke variants of concern. Jadi, semakin banyak infeksi pada suatu populasi, semakin banyak penularan, maka copy paste virus selalu ada artinya potensi mutasi akan terus meningkat," kata Erlina dalam sebuah diskusi terbatas via daring, Jumat.

Saat ini setidaknya ada tiga varian yang masuk kategori variants of concern yakni B117, B1351, dan P1. Varian B117 asal Inggris dilaporkan meningkatkan transmisi atau penyebaran, sementara B1351 asal Afrika Selatan selain bisa menimbulkan dampak penularan, juga berdampak menurunkan efektivitas vaksin, demikian juga varian P1 dari Brazil.

Terkait vaksin, data menunjukkan efektivitas vaksin Novavax terhadap B1351 mengalami penurunan sampai 49 persen, padahal vaksin ini memiliki efikasi sampai 95,6 persen terhadap varian umum corona. Penurunan efektivitas juga terjadi pada vaksin Johnson & Johnson (J&J) menjadi 57 persen. Vaksin ini sebenarnya dikatakan 66 persen efektif terhadap COVID-19 secara umum.

Sementara pada vaksin AstraZeneca disebutkan juga terjadi penurunan namun para ahli belum bisa mengambil kesimpulan karena menunggu beberapa hasil penelitian lainnya.

"Yang justru menjadi perhatian yakni varian asal Afrika B1351, dikatakan proteksi vaksin AstraZeneca rendah karena efikasinya turun signifikan terutama proteksi pada tingkat ringan dan sedang. Untuk yang berat belum ada hasilnya. P1 terhadap Novovax, sedikit penurunan tetapi masih memenuhi kriteria yang direkomendasikan WHO," ujar Erlina.

Baca Juga:Boris Johnson Sebut Semua Vaksin Covid-19 Efektif Lawan Virus Corona India

Di Indonesia sendiri sudah terdapat 16 kasus varian baru antara lain: 2 kasus B1617 asal India di Jakarta, 1 kasus B1351 asal Afrika di Bali, 13 kasus B117 asal Inggris di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali. B117 bahkan sudah terdeteksi sejak Maret di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak