SuaraJabar.id - Tukang gali kubur COVID-19 di TPU Lebaksaat, Cipageran, Kota Cimah belum mendapat upah yang sempat dijanjikan pada mereka sejak Februari 2021 lalu.
Artinya, para tukang gali kubur itu sudah sekitar empat bulan lebih tidak membawa pulang uang ke rumah. Sementara keringat mereka setiap harinya terus "diperas" untuk menggali lubang kuburan untuk jenazah COVID-19.
Cecep Suganda (53), salah seorang tukang gali kubur mengatakan, sejak pertama menggali lubang kuburan untuk pasien yang meninggal akibat COVID-19, dirinya baru sekali menerima bayaran.
"Waktu itu pernah nerima sekali Rp 300 ribu, tapi setelah itu sejak Februari sampai sekarang belum nerima lagi," ungkap Cecep kepada Suara.com, Rabu (16/6/2021).
Baca Juga:Gus Muhaimin: Patuhi Protokol Kesehatan agar Ekonomi Bisa Tumbuh
Dikatakannya, ia dan ketiga tukang gali kubur lainnya diajukan mendapat upah sebesar Rp 480 ribu per lubang. Cecep menyebutkan, berdasarkan hitungan ada 98 lubang pusara yang seharusnya sudah jadi pundi-pundi rupiah bagi mereka.
Artinya, jika per lubang dibayar Rp 480 ribu, total keseluruhan upah yang seharusnya mereka terima mencapai Rp 47 juta lebih.
"Rp 480 per lubang itu dibagi empat. Tapi kami belum menerima," ucapnya.
Ia dan teman-temannya sudah menanyakan ihwal upah tersebut kepada pihak Pemkot Cimahi atau yang mewakilinya. Namun informasinya hingga kini belum bisa dicairkan.
"Iya otomatis ke istri juga enggak setor. Untung istirahat saya ada warung, jadi untuk makan ngandelin dari warung dulu," beber Cecep.
Meski belum menerima upah berbulan-bulan, para tukang gali kubur COVID-19 itu tetap profesional menjalankan tugasnya. Dalam sehari, ada saja lubang kuburan yang harus digali sebagai antisipasi adanya jenazah yang datang.
Baca Juga:Kasus Covid-19 Melonjak, RSDC Wisma Atlet Tambah Tempat Tidur
Mereka harus tetap siaga siang dan malam. Sebab, jenazah yang hendak dikuburkan datangnya tidak menentu. Apalagi belakangan ini jenazah yang dikuburkan mengalami sedikit peningkatan dari sebelumnya.
"Jadi harus stanby terus. Pas semalam juga ada yang dikuburkan jam 11. Kan kalau yang bawanya enggak mau nguburin, kita yang harus tangan. Pas minggu kemarin ada sampai 5 jenazah," pungkasnya.
Dedi (40), salah seorang tukang gali kubur lainnya mengaku, sejak awal dirinya terjun menggali kubur khusus COVID-19, baru tahun ini pembayarannya mandek. Ia pun sama, harus pulang dengan tangan kosong ke rumah.
"Tahun lalu itu lancar. Jadi habis gali, masukin jenazah langsung dibayar. Tapi sejak Februari jadi mandek. Jadi sekarang itu istilahnya gali lubang tutup lubang," ujarnya.
Ia berharap Pemkot Cimahi segera membayarkan hak atas kucuran keringat mereka dalam beberapa bulan terakhir. Sebab, ia malu jika terus-terusan mengandalkan penghasilan istri yang bekerja di tempat basreng.
"Iya harapannya cepet dibayar biar bisa setor lagi ke istri. Paling kita tambahan ini ada jualan batu nisan, tapi kan gak setiap yang datang mau beli," tukas Dedi.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki