Dulunya Berandalan, 'Kembaran' Yuke Pas Band Kini Jadi Juragan Sapi

Pria yang disebut mirip vokalis Pas Band, Yuke itu mengalami kejadian yang tidak mengenakan.

Suhardiman
Sabtu, 03 Juli 2021 | 13:42 WIB
Dulunya Berandalan, 'Kembaran' Yuke Pas Band Kini Jadi Juragan Sapi
Ana Gugum alias Apep (40), mantan berandalan yang kini jadi juragan sapi saat menunjukkan sapi miliknya. [Suara.com/Ferry Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Memiliki masa lalu yang kelam bukan berarti masa depan juga akan suram. Pepatah itu dibuktikan Ana Gugum (40), mantan preman yang kini hidup tentram dengan usaha ternak dan jual sapinya.

Pria asal Kampung Sukamaju, RT 01/04, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) memiliki masa lalu yang cukup kelam. Sehari-harinya ia 'bertemen' dengan alkohol dan balap liar.

"Saat itu saya berusia 18 tahun, saat remaja saya hanya gemar balap motor dan alkohol," kata pria yang akrab disapa Apep belum lama ini.

Jiwa berandalan itulah membawanya masuk ke dalam jeruji besi. Pria yang disebut mirip vokalis Pas Band, Yuke itu mengalami kejadian yang tidak mengenakan.

Baca Juga:Vaksinasi Massal di Diskes Lampung Timbulkan Kerumunan, Eva Dwiana Turun Tangan

Mobil yang dibawanya saat mencari sapi ditabrak dari belakang. Namun malah dirinya yang dituduh bersalah. Apep yang sedang dalama kondisi mabuk lantas melayangkan bogeman terhadap orang tersebut.

"Masuk penjara aja, tapi enggak lama langsung keluar lagi," katanya.

Setelah lepas dari hotel prodeo, Apep dikirim ayahnya ke Pasar Sederhana, Kota Bandung. Di sana ia dididik adik ayahnya untuk berjualan daging di pasar. Merasa sudah memiliki bekal, dengan percaya dirinya Apel memulai usahanya sendiri. Ia untuk menyewa jongko sendiri. Apep mendapatkan stok daging dari koleganya, usahanya berjalan dengan cepat.

"Saat sukses sedikit itu saya mulai merasa tinggi hati, karena mendapatkan penghasilan yang lumayan, akhirnya saya terperosok lagi ke dunia kelam," kata Apep.

Usaha yang dibangun Apep akhirnya hancur, terlebih ketika itu harga karkas naik hingga pesanan untuk daging tak tertutup. Ia pun mencoba menjual sapi per ekor namun malah merugi karena keliru menafsir harga.

Baca Juga:Ingin Jadi Penulis, Ketahui Problematika Dan Lika-Liku Dunia Literasi Indonesia

Titik Balik Usaha Apep

Baru pada 2005 Apep bekerja menjadi buruh rawat sapi (maro). Ia merawat 10 ekor sapi yang dipinjamkan kenalannya dari Balai Inseminasi Bibit (BIB) Lembang.

"Saat itu saya belum punya kandang, nekat saja, akhirnya saya terpaksa memasukkan sapi itu ke dalam rumah, tinggal bersama saya dan anak. Sapi saya simpan di dapur," katanya.

Kehidupan itu dilakoninya selama dua tahun. Sampai akhirnya ia memenangkan kontes ternak. Ia pun mencoba peruntungan dengan menjual hewan kurban.

"Dari sana saya mulai termotivasi untuk mengembangkan peternakan," katanya.

Usaha suplai sapi Apep mulai berjalan ketika ia bertemu dengan pengusaha pembibitan sapi perah betina di Sukabumi. Perusahaan asal Sukabumi itu kemudian bangkrut. Ia kini jadi juragan sapi.

"Akhirnya saya yang menutupi pemesanannya, dan berlanjut hingga sekarang," katanya.

Kini Apep sudah menuai sukses dari usaha penjualan sapinya. Meski pernah merugi hingga ratusan juta. Mulai dari sapi yang mati saat pengiriman, hingga ditipu orang.

Idul Adha pun menjadi momen yang selalu ditunggu. Sebab, banyak pesanan sapi dari berbagai daerah di Indonesia. Mantan preman itu adalah salah satu pemasok sapi skala nasional.

Penjualan Naik

Saat pandemi Covid-19 penjualannya malah semakin naik. Sebelum pandemi, penjual sapi hanya sekitar 300-400 ekor. Penjualannya meningkat saat pandemi menjadi 512 ekor.

"Tahun ini penjualannya kembali melebihi tahun 2020. Hingga Kamis 1 Juli 2021 sudah sekitar 650 ekor sapi yang terjual untuk kebutuhan kurban nanti. Tahun ini saya targetnya 1.000 ekor sapi terjual," katanya.

Untuk omzet penjualan tahun 2020, kata Apep, diperkirakan mendapatkan sekitar Rp 10 miliar lebih. Besaran tersebut jika semua sapi rata-rata dihitung Rp 20 juta per bulan.

"Harga jualnya tergantung ukurannya. Ada yang dijual Rp 17 juta, ada juga Rp 120 juta untuk sapi yang 1,2 ton. Saya dari hasil penjualan tahun lalu Rp 1,2 miliar dari total penjualan," ungkapnya.

Menurutnya, peningkatan penjualan sapi saat pandemi Covid-19 ini dikarenakan adanya pembatalan keberangkatan haji dalam dua tahun terakhir.

"Jadi mungkin uangnya dipakai untuk beli kurban dulu," ujarnya.

Sapi-sapi yang dijualnya berasal dari wilayah Jawa Tengah seperti Wonosobo, Pati dan Ambarawa serta dari Jawa Tengah seperti Kediri, Blitar, Tulungagung dan Ponorogo.

Punya Dua Koleksi Sapi Besar

Menjelang Idul Adha tahun ini, Apep punya sapi unggulan yang ia bernama Peter. Sapi jenis limosin itu memiliki bobot 960 kilogram yang berusia 2,5 tahun.

Sapi jantan itu didatangkan sebulan lalu dari Kediri, Jawa Timur. Si Peter ia bandrol dengan harga Rp 90 juta.

"Tapi baru yang ada nawar Rp 75 juta," ucap Apep.

Selain itu, ia juga punya koleksi sapi Frisian Holstein (FH). Sapi miliknya itu menurut Apel sangat jarang sebab ukurannya lebih besar dan berat dari sapi sejenisnya.

"Beratnya 750 kilogram. Saya bandrol Rp 45 juta," tukasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini